Published on July 31st, 2021
PPKM Darurat: How Does It Affect Indonesia’s Stock Market?
Tersebar ke seluruh dunia, penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyebabkan CoronaVirus Diseases 2019 (COVID-19). Virus SARS-CoV-2 ini pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, China pada akhir bulan Desember 2019. Pasien pertama yang terinfeksi virus ini merupakan kalangan penjual dan pengunjung di pasar hewan di Kota Wuhan, China. Sampel lingkungan yang diambil dari pasar ini pada Desember 2019 dinyatakan positif. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa pasar hewan di Kota Wuhan merupakan awal mula pandemi ini (WHO, 2020).
Berselang tiga bulan, kasus pertama COVID-19 ditemukan di Kota Depok, Indonesia. Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia tentu menghimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan, mengurangi interaksi dengan orang lain, dan menjaga imun tubuh. Namun, penyebaran virus corona tak terhindari, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 terus menerus meningkat hingga Januari 2021 (Damaledo, 2021). Kondisi membaik sejak awal tahun hingga pertengahan Mei 2021 di mana tren kasus terkonfirmasi positif mulai mengalami penurunan (Satgas COVID-19, 2021)
Penurunan tren kasus terkonfirmasi positif COVID-19 ternyata tidak bertahan lama. Di tengah-tengah usaha pemerintah dalam mengurangi penyebaran virus, gelombang kedua COVID 19 terjadi di Indonesia. Kasus terkonfirmasi positif meningkat dengan tajam. Bukan tanpa alasan, kenaikan kasus ini terjadi karena datangnya 132 warga negara India ke Indonesia menggunakan pesawat carter melalui Bandara Soekarno Hatta. Warga negara India ini melakukan perjalanan ke Indonesia dengan tujuan menghindari penyebaran virus corona di negaranya. Kabar buruknya, terdapat beberapa warga negara India yang terkonfirmasi positif COVID-19 varian delta ketika mereka masuk ke Indonesia (Asmara, 2021).
COVID-19 varian delta merupakan penyebab terbesar terjadinya gelombang kedua COVID-19 di Indonesia. Berdasarkan studi yang dilakukan Allen, Hester, et al., virus corona varian delta 60% lebih mudah menular daripada virus corona varian alpha. Tidak hanya itu, studi di Skotlandia mengatakan bahwa orang yang terinfeksi varian delta dua kali lipat lebih mungkin untuk membutuhkan perawatan rumah sakit daripada mereka yang terinfeksi varian alpha (Sofa, 2021). Melihat betapa berbahayanya varian delta ini membuat pemerintah segera mengeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) N0. 15 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat COVID-19 di Pulau Jawa dan Bali.
Kebijakan PPKM darurat ini mulai ditetapkan sejak 3 hingga 20 Juli 2021 dan ditetapkan di pulau Jawa dan Bali. Kebijakan ini meminta semua kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring, pelaksanaan kegiatan pada sektor non esensial diberlakukan 100% Work From Home (WFH), untuk supermarket pasar tradisional, toko kelontong dan pasar swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari dibatasi jam operasional sampai pukul 20.00 waktu setempat dengan kapasitas pengunjung 50%, serta untuk apotek dan toko obat dapat buka selama 24 jam. Tidak hanya itu, pelaksanaan kegiatan makan/minum di tempat umum seperti rumah makan, kafe, pedagang kaki lima, hanya boleh menerima delivery/take away. Beberapa hari kemudian, pemerintah memperluas cakupan PPKM darurat ke 15 kabupaten/kota di luar Pulau Jawa dan Bali.
Melihat tidak ada penurunan kasus COVID-19 yang signifikan, pemerintah memperpanjang PPKM darurat dengan istilah PPKM Level 4 hingga tanggal 2 Agustus 2021. Pada PPKM Level 4, pasar tradisional yang tidak menyediakan kebutuhan sehari hari diizinkan beroperasi hingga pukul 15.00 dengan kapasitas pengunjung 50%. Warung makan, pedagang kaki lima, lapak dagangan dan sejenisnya yang memiliki tempat usaha di ruang terbuka diizinkan beroperasi hingga pukul 21.00 dengan batas waktu maksimal setiap pengunjung untuk makan selama 30 menit (Ramadhan, 2021). Memang benar bahwa angka kesembuhan COVID-19 di Indonesia tergolong tinggi. Namun, kasus meninggal akibat COVID-19 juga tak kalah tingginya. Oleh karena itu, dengan tujuan memutus mata rantai penularan COVID-19, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang PPKM Level 4.
Pemberlakukan PPKM Darurat berarti memaksa masyarakat untuk selalu berada di rumah dengan tujuan mengurangi penyebaran COVID-19. Kebijakan ini tentu akan mempengaruhi perekonomian Indonesia mengingat terbatasnya mobilitas masyarakat. Padahal, perekonomian tidak dapat berjalan tanpa mobilitas yang cukup. Terbatasnya mobilitas masyarakat, tentu akan memberikan kontraksi pada perekonomian. Tentu karena banyaknya sektor pekerjaan yang membutuhkan mobilitas dalam pelaksanaannya. Pada sektor jasa, dibutuhkan pertemuan antara konsumen dan produsen. Sehingga dapat dipastikan sektor ini terganggu karena adanya PPKM darurat. Tidak hanya itu, sektor yang membutuhkan mobilitas manusia dalam sisi produksi, seperti manufaktur juga terganggu akibat kebijakan PPKM darurat ini.
Pada awalnya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2021 sebesar 6,5% year on year (yoy). Namun, melihat diberlakukannya kebijakan PPKM darurat, Menteri Keuangan Indonesia, Ibu Sri Mulyani, meyakini realisasi pertumbuhan ekonomi akan di bawah dari prediksi tersebut (Santoso, 2021). Lebih lanjut, karena kebijakan PPKM darurat diperpanjang dengan istilah PPKM Level 4, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkisar pada 3,5% (Sembiring & Satya, 2021). Dari sisi pasar keuangan, kebijakan PPKM darurat menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit pada Kuartal III-2021 menjadi 4-6%.
Sebagaimana PPKM Darurat memengaruhi kondisi perekonomian secara umum, PPKM Darurat juga memberikan berbagai sentimen terhadap kondisi pasar saham di Indonesia, dalam hal ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebelum ditetapkannya kebijakan PPKM darurat, pergerakan IHSG cukup berfluktuasi. Pada perdagangan 31 Mei – 4 Juni 2021, IHSG melesat 3,70% ke angka 6.065,1660. Kemudian, IHSG kembali mengalami kenaikan sebesar 0,50% ke angka 6.095,4791 pada perdagangan 7-11 Juni 2021. Namun, IHSG mengalami penurunan ke angka 6.007,1201 atau sebesar -1,45% pada perdagangan di minggu selanjutnya, 14-18 Juni. Setelah itu, IHSG kembali bergerak naik pada perdagangan 21-25 Juni 2021, masing-masing sebesar 0,25%. Sebaliknya, pada akhir Juni, tepatnya perdagangan 28-30 Juni, IHSG mengalami penurunan dan ditutup di angka 5.985,4888. Sehingga, pada bulan Juni 2021 IHSG berhasil menguat 0,64%.
Setelah berfluktuasi selama bulan Juni, IHSG kembali dihadapkan dengan sentimen berupa pengumuman PPKM Darurat pada Kamis 1 Juli 2021. Hal ini menyebabkan pergerakan IHSG cukup liar pada perdagangan hari tersebut. Pada awal sesi satu IHSG berhasil naik ke angka 6.035,895. Namun, IHSG perlahan turun dan ditutup di angka 5.980,035, atau turun sekitar -0,09% pada akhir perdagangan sesi satu Kamis 1 Juli 2021. Tampaknya, kabar pengumuman PPKM Darurat berhasil membuat pasar bereaksi negatif. Akan tetapi, pada perdagangan sesi dua IHSG beranjak naik dan berhasil ditutup di angka 6.005,958 atau menguat 0,34%. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku pasar tetap optimis. Bahkan, pada perdagangan hari selanjutnya, Jum’at 2 Juli 2021, IHSG berhasil menguat 0,28% dan ditutup di angka 6.023,008. Sehingga, jika dilihat menggunakan grafik mingguannya, IHSG berhasil menguat 0,01% pada perdagangan 28 Juni – 2 Juli 2021.
Pada hari pertama perdagangan di masa PPKM Darurat, Senin 5 Juli 2021, IHSG mengalami penurunan sebesar -0,29% dan ditutup di angka 6.005,609. Namun, IHSG berhasil menguat 0.69% dan ditutup di angka 6.047,1108 pada perdagangan di hari berikutnya, Selasa 6 Juli 2021. Akan tetapi, pada perdagangan di hari selanjutnya, IHSG justru kembali mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut. Pada perdagangan hari Rabu 7 Juli 2021, IHSG sempat turun ke level 6.022,306 di akhir sesi pertama. Kemudian, IHSG perlahan naik pada sesi ke dua, dan ditutup di angka 6.044,037 atau ‘hanya’ turun -0,05%. Lalu, pada perdagangan di hari kamis 8 Juli 2021, IHSG ditutup melemah -0,07%. Sementara itu, pada perdagangan hari Jum’at 9 Juli, pergerakan IHSG stagnan dan ditutup di angka 6.039,8442. Walaupun demikian, dalam perdagangan 5-9 Juli, IHSG berhasil menguat 0,28% jika dilihat menggunakan grafik mingguannya. IHSG mengalami kenaikan pada perdagangan di minggu pertama PPKM Darurat.
Setelah IHSG mengalami penguatan pada minggu sebelumnya, para pelaku pasar lebih optimis dengan pergerakan IHSG. Hal tersebut dibuktikan dengan melonjaknya IHSG di awal sesi satu ke angka 6.084,784 pada perdagangan Senin 12 Juli 2021. Bahkan, sempat menyentuh level tertinggi pada perdagangan hari tersebut di angka 6.097,1201 menjelang akhir sesi satu. Namun, IHSG mulai bergerak turun pada sesi ke dua, dan ditutup di angka 6.078,5679 atau ‘hanya’ meningkat 0,64%. Pergerakan IHSG pada dua hari perdagangan berikutnya, Selasa dan Rabu, 13 dan 14 Juli, berbeda dengan perdagangan di hari sebelumnya. IHSG justru mengalami penurunan selama dua hari beruntun, masing-masing -1,09% dan -0,54%. Bahkan, pada perdagangan hari Rabu 14 Juli, IHSG sempat menyentuh angka 5.947,619. Walaupun pada akhirnya ditutup di angka 5.979,2148 atau ‘hanya’ melemah -0,55%. Akan tetapi, IHSG kembali mengalami penguatan pada perdagangan di dua hari selanjutnya. Pada Kamis 15 Juli, IHSG menguat 1,12%, sedangkan pada Jum’at 16 Juli, IHSG mengalami peningkatan sebesar 0,42%. Pergerakan IHSG pada perdagangan di minggu kedua PPKM Darurat lebih berfluktuasi dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Walau begitu, IHSG berhasil menguat 0,54% pada perdagangan di minggu tersebut dan ditutup di angka 6.072,5098.
Pada minggu ketiga PPKM Darurat, 19-23 Juli 2021, IHSG kembali mengalami fluktuasi. Setelah ditutup melemah -0,91% pada perdagangan Senin 19 Juli 2021, IHSG berhasil menguat 0,21% pada penutupan perdagangan Rabu 21 Juli 2021. Kemudian, pada perdagangan hari berikutnya, Kamis 22 Juli 2021, IHSG mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu 1,78% dan ditutup di angka 6.137,547. Pada perdagangan Jum’at 23 Juli 2021, IHSG sempat menyentuh level tertinggi selama masa PPKM Darurat di angka 6.166,3052 di awal sesi satu. Namun, IHSG justru bergerak turun hingga akhir sesi dan ditutup melemah -0,58% di angka 6.101,6899 pada perdagangan hari tersebut. Walau begitu, jika dilihat menggunakan grafik mingguannya, IHSG berhasil menguat 0,48% pada perdagangan di minggu terakhir PPKM Darurat, 19-23 Juli 2021. Maka secara keseluruhan, selama masa PPKM Darurat, IHSG mengalami kenaikan sebesar 1,31%.
Peningkatan IHSG selama tiga minggu berturut-turut di masa PPKM Darurat didukung oleh beberapa sektor, seperti kesehatan (IDXHEALTH), finance (IDXFINANCE), energi (IDXENERGY), dan teknologi (IDXTECHNO). Di Sektor kesehatan, IDXHEALTH ditutup menguat 4,22% pada perdagangan di minggu pertama PPKM Darurat, 5-9 Juli 2021. Kemudian, pada perdagangan di minggu ke dua PPKM Darurat, 12-16 Juli 2021, IDXHEALTH ditutup menguat 2,69% di angka 1.457,747. Bahkan, pada perdagangan Senin 12 Juli 2021, IDXHEALTH sempat menyentuh level tertingginya di angka 1.481,114. Akan tetapi, IDXHEALTH melemah pada minggu ke tiga PPKM Darurat, 19-23 Juli 2021. IDXHEALTH mengalami penurunan sebanyak -3,98% dan ditutup di angka 1.399,768. Secara keseluruhan, selama masa PPKM Darurat, IDXHEALTH telah mengalami kenaikan sebesar 2,77%. Kenaikan IDXHEALTH ini cukup wajar jika melihat bahwa sektor kesehatan adalah sektor yang paling penting di masa pandemi COVID-19 ini, termasuk di masa PPKM Darurat. Bahkan, beberapa saham yang masuk ke dalam IDXHEALTH ini mengalami kenaikan yang signifikan selama masa PPKM Darurat, perdagangan 5-23 Juli 2021. Saham-saham tersebut antara lain, Prodia Widyahusada (PRDA) 70,64%, Royal Prima (PRIM) 14,79%, Pyridam Farma (PYFA) 10,26%, Sarana Meditama Metropolitan (SAME) 19,65%, dan Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) 25,36%.
Selain sektor kesehatan, sektor finance dan teknologi juga mengalami peningkatan dalam perdagangan di masa PPKM Darurat. Pada perdagangan 5-23 Juli 2021, IDXFINANCE menguat 3,14%, sedangkan IDXTECHNO mengalami kenaikan 4,51%. Kenaikan kedua index ini cukup wajar mengingat sektor finance dan teknologi merupakan sektor esensial, yang kegiatannya tetap diizinkan berjalan selama PPKM Darurat. Saham-saham finance yang menguat pada perdagangan di masa PPKM Darurat diantaranya Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (AGRO) 27,13%, Bank Jago (ARTO) 23,63%, Bank Capital Indonesia (BACA) 8,54%, Allo Bank Indonesia (BBHI) 103,61%, Bank Negara Indonesia (BBNI) 5,07%, Bank Bisnis Internasional (BBSI) 39,00%, Bank Neo Commerce (BBYB) 45,20%, Bank Ganesha (BGTG) 81,51%, Bank Bumi Arta (BNBA) 79,63%, Bank Permata (BNLI) 16,61%, Bank Syariah Indonesia (BRIS) 18,39%, Bank Sinarmas (BSIM) 104,63%, Bank Oke Indonesia (DNAR) 15,69%, dan Bank Nationalnobu (NOBU) 20,62%. Sementara itu, saham-saham IDXTECHNO yang menguat selama perdagangan di masa PPKM Darurat ini antara lain Cashlez Worldwide Indonesia (CASH) 8,82%, Digital Mediatama Maxima (DMMX) 63,91%, Elang Mahkota Teknologi (EMTK) 3,61%, Kioson Komersial Indonesia (KIOS) 72,05%, M Cash Integrasi (MCAS) 16,72%, Multipolar Technology (MLPT) 28,30%, Metrodata Electronics (MTDL) 18,31%, NFC Indonesia (NFCX) 31,17%, dan Telefast Indonesia (TFAS) 57,97%.
Berbeda dengan IHSG yang mengalami kenaikan selama PPKM Darurat, beberapa sektor berikut justru mengalami penurunan selama perdagangan di masa PPKM Darurat 5-23 Juli 2021. Sektor basic materials (IDXBASIC) adalah salah satu sektor yang mengalami penurunan selama perdagangan di masa PPKM Darurat. Sebenarnya, IDXBASIC sempat mengalami kenaikan 2,25% pada minggu pertama PPKM Darurat, 5-9 Juli 2021. Namun, IDXBASIC justru mengalami penurunan di minggu ke dua dan ke tiga PPKM Darurat. Sehingga, selama perdagangan di masa PPKM Darurat, IDXBASIC mengalami penurunan sebesar -0,74%. Penurunan IDXBASIC ini disebabkan oleh melemahnya sebagian saham yang termasuk ke dalam IDXBASIC. Saham-saham anggota IDXBASIC yang mengalami penurunan antara lain Alkindo Naratama (ALDO) -1,45%, Alakasa Industrindo (ALKA) -1,67%, Alumindo Light Metal Industry (ALMI) -1,67%, Asiaplast Industries (APLI) -5,34%, Saranacentral Bajatama (BAJA) -2,44%, Berkah Beton Sadaya (BEBS) -8,05%, Bintang Mitra Semesta Raya (BMSR) -22,50%, Bumi Resources Minerals (BRMS) – 7,62%, Berlina (BRNA) -7,69%, Barito Pacific (BRPT) -5,26%, Indonesia Fibreboard Industry (IFII) -6,21%, Indal Aluminium Industry (INAI) -3,64%, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) – 2,14%, Indopoly Swakarsa Industry (IPOL) -3,16%, Emdeki Utama (MDKI) -0,96%, Ancora Indonesia Resources (OKAS) -9,52%, Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) -23,91%, Pelangi Indah Canindo (PICO) -12,50%, Trinitan Metals and Minerals (PURE) -9,17%, Semen Indonesia (SMGR) -6,45%, Suparma (SPMA) -13,68%, Wilton Makmur Indonesia (SQMI) -18,18%, Chandra Asri Petrochemical (TPIA) -10,26%, dan Waskita Beton Precast (WSBP) -8,61%.
Sektor lain yang juga mengalami penurunan selama perdagangan di masa PPKM Darurat adalah sektor industri (IDXINDUST) dan sektor konsumer non siklikal (IDXNONCYC). Pada perdagangan 5-23 Juli 2021, IDXINDUST mengalami penurunan sebesar -1,18%, sedangkan IDXNONCYC melemah -4,30%. Saham-saham industri yang melemah selama perdagangan di masa PPKM Darurat antara lain Ateliers Mecaniques D’Indonesie (AMIN) -3,74%, Arita Prima Indonesia (APII) -1,64%, Astra Graphia (ASGR) -5,44%, Astra International (ASII) -1,00%, Berkah Prima Perkasa (BLUE) -5,59%, Global Mediacom (BMTR) -2,88%, Communication Cable Systems Indonesia (CCSI) -11,38%, Hexindo Adiperkasa (HEXA) -2,25%, Island Concepts Indonesia (ICON), Intraco Penta (INTA), Jembo Cable Company (JECC), Jasuindo Tiga Perkasa (JTPE) -1,28%, KMI Wire & Cable (KBLI) -5,59%, Lion Metal Works (LION) -10,00%, Mark Dynamics Indonesia (MARK) -6,77%, Multipolar (MLPL) -5,88%, Singaraja Putra (SINI) – 9,49%, Superkrane Mitra Utama (SKRN) -2,21%, Tira Austenite (TIRA) -8,52%, Surya Toto Indonesia (TOTO) -1,94%, United Tractors (UNTR) -3,19%, dan Voksel Electric (VOKS) -1,08%.
Sementara itu, saham-saham IDXNONCYC yang mengalami penurunan diantaranya Asia Sejahtera Mina (AGAR) -12,99%, Tri Banyan Tirta (ALTO) -5,56%, BISI International (BISI) – 0,45%, Campina Ice Cream Industry (CAMP) -0,78%, Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) – 3,11%, Delta Djakarta (DLTA) -1,05%, Sentra Food Indonesia (FOOD) -2,94%, Gudang Garam (GGRM) -23,70%, Garudafood Putra Putri Jaya (GOOD) -4,69%, H.M. Sampoerna (HMSP) – 6,22%, Buyung Poetra Sembada (HOKI) -2,07%, Indofood Sukses Makmur (INDF) -1,52%, Indonesian Tobacco (ITIC) -8,23%, Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) -7,42%, Kino Indonesia (KINO) -8,47%, Mahkota Group (MGRO) -1,46%, Midi Utama Indonesia (MIDI) -2,78%, Multi Bintang Indonesia (MLBI) -3,09%, Matahari Putra Prima (MPPA) -17,65%, Mayora Indah (MYOR) -3,45%, Provident Agro (PALM) -5,26%, Pradiksi Gunatama (PGUN) -21,48%, Prasidha Aneka Niaga (PSDN) -9,73%, Palma Serasih (PSGO) -19,41%, Supra Boga Lestari (RANC) -5,03%, Millennium Pharmacon International (SDPC) -3,68%, Sekar Laut (SKLT) – 6,76%, Siantar Top (STTP) -2,35%, Mandom Indonesia (TCID) -0,87%, Uni-Charm Indonesia (UCID) -1,90%, Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) -2,65%, Unilever Indonesia (UNVR) – 6,80%, Wahana Pronatural (WAPO) -8,04%, dan Widodo Makmur Unggas (WMUU) -2,96%.
Pergerakan IHSG yang cukup berfluktuasi selama masa PPKM Darurat membuat beberapa investor mengalami ketakutan. Dalam melewati masa PPKM Darurat yang cukup sulit, para investor pemula setidaknya dapat melakukan dua hal. Yang pertama adalah jangan panik, baik itu panic buying apalagi panic selling. Seperti yang disampaikan oleh Lo Kheng Hong dalam Capital Market Summit and Expo 2020 lalu, jika kita sudah memiliki saham perusahaan yang bagus, jangan takut walau harganya turun. Cukup kita tinggal tidur saja. Tips yang ke dua, jika kita melihat ada saham-saham perusahaan bagus yang dijual dengan harga murah atau under value, sebaiknya kita mulai melakukan pembelian saham tersebut dengan menggunakan metode dollar cost averaging. Pembelian saham menggunakan metode dollar cost averaging bertujuan untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu saham tersebut mengalami penurunan yang lebih dalam, kita dapat membeli dengan harga yang lebih murah.
PPKM Darurat hanya berjalan tiga minggu dan sudah selesai. Namun, bukan berarti pandemi COVID-19 di Indonesia sudah berhasil diatasi. Indonesia masih melakukan usaha untuk menghentikan penyebaran virus corona ini. Pemerintah tetap memberlakukan pembatasan dengan istilah dan aturan yang berbeda (PPKM Level 4). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan baru, yaitu PPKM Level 4. Mengingat prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini masih mengalami pertumbuhan, Chief Investment Officer Mandiri Manajemen Investasi (MMI), Ali Yahdin Saudi, percaya bahwa prospek pasar modal Indonesia masih memiliki upside. Tidak hanya itu, melihat perekonomian global yang membaik akibat upaya yang telah dilakukan berbagai negara seperti memberikan stimulus besar-besaran baik dari pemerintah negara tersebut atau negara lain dan kebijakan penurunan suku bunga juga merupakan kabar baik bagi pasar modal. Hal ini dapat menimbulkan aliran dana dari negara maju ke negara berkembang karena investor mencari negara dengan return yang lebih tinggi. Kondisi ini tentu akan menguntungkan Indonesia yang dapat menawarkan return investasi yang lebih tinggi daripada negara lain.
Tidak hanya itu, melihat berbagai upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan Indonesia seperti kebijakan suku bunga rendah, inflasi yang masih terkendali, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), disahkannya Omnibus Law, investasi Sovereign Wealth Fund (SWF), dan perbaikan kinerja perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan penyokong kenaikan IHSG di tahun 2021. Keberhasilan program vaksin yang sedang berjalan juga menjadi harapan bagi perekonomian Indonesia (Wijaya, 2021). Untuk pasar saham sendiri, terdapat beberapa sektor yang memiliki potensi untuk mengalami kenaikan nilai. Pertama, sektor komoditas dan energi. Karena pertumbuhan ekonomi global, sektor ini akan mengalami peningkatan permintaan yang signifikan, sehingga mengangkat harga komoditas. Kedua, sektor telekomunikasi. Mengingat konsumsi data yang akan terus menerus meningkat, memberikan kabar baik kepada sektor ini. Ketiga, sektor finansial. Melihat kondisi aset perbankan yang masih terjaga, likuiditas meningkat, hingga sinyal baik pemulihan ekonomi memberikan prospek positif pada sektor ini (Dirgantara, 2021).
Written by:
Research and Development Division
Arul Pradana
Pranindiska Nurlistyo Naistana
pranindiskanurlistyon@gmail.com
Published by:
Operation and Infrastructure Division
Gabriel Tiffany Elvaretta