Published on July 31st, 2021

PPKM Darurat: How Does It Affect Indonesia’s Stock Market?

Tersebar ke seluruh dunia, penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyebabkan  CoronaVirus Diseases 2019 (COVID-19). Virus SARS-CoV-2 ini pertama kali dilaporkan di Kota  Wuhan, China pada akhir bulan Desember 2019. Pasien pertama yang terinfeksi virus ini  merupakan kalangan penjual dan pengunjung di pasar hewan di Kota Wuhan, China. Sampel  lingkungan yang diambil dari pasar ini pada Desember 2019 dinyatakan positif. Hal ini  memberikan kesimpulan bahwa pasar hewan di Kota Wuhan merupakan awal mula pandemi ini  (WHO, 2020).  

Berselang tiga bulan, kasus pertama COVID-19 ditemukan di Kota Depok, Indonesia.  Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia tentu menghimbau masyarakat untuk  menjaga kesehatan, mengurangi interaksi dengan orang lain, dan menjaga imun tubuh. Namun,  penyebaran virus corona tak terhindari, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 terus menerus  meningkat hingga Januari 2021 (Damaledo, 2021). Kondisi membaik sejak awal tahun hingga  pertengahan Mei 2021 di mana tren kasus terkonfirmasi positif mulai mengalami penurunan  (Satgas COVID-19, 2021) 

Penurunan tren kasus terkonfirmasi positif COVID-19 ternyata tidak bertahan lama. Di  tengah-tengah usaha pemerintah dalam mengurangi penyebaran virus, gelombang kedua COVID 19 terjadi di Indonesia. Kasus terkonfirmasi positif meningkat dengan tajam. Bukan tanpa alasan,  kenaikan kasus ini terjadi karena datangnya 132 warga negara India ke Indonesia menggunakan  pesawat carter melalui Bandara Soekarno Hatta. Warga negara India ini melakukan perjalanan ke  Indonesia dengan tujuan menghindari penyebaran virus corona di negaranya. Kabar buruknya,  terdapat beberapa warga negara India yang terkonfirmasi positif COVID-19 varian delta ketika  mereka masuk ke Indonesia (Asmara, 2021). 

COVID-19 varian delta merupakan penyebab terbesar terjadinya gelombang kedua  COVID-19 di Indonesia. Berdasarkan studi yang dilakukan Allen, Hester, et al., virus corona  varian delta 60% lebih mudah menular daripada virus corona varian alpha. Tidak hanya itu, studi  di Skotlandia mengatakan bahwa orang yang terinfeksi varian delta dua kali lipat lebih mungkin  untuk membutuhkan perawatan rumah sakit daripada mereka yang terinfeksi varian alpha (Sofa,  2021). Melihat betapa berbahayanya varian delta ini membuat pemerintah segera mengeluarkan  Instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) N0. 15 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan kebijakan  Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat COVID-19 di Pulau Jawa dan  Bali. 

Kebijakan PPKM darurat ini mulai ditetapkan sejak 3 hingga 20 Juli 2021 dan ditetapkan  di pulau Jawa dan Bali. Kebijakan ini meminta semua kegiatan belajar mengajar dilakukan secara  daring, pelaksanaan kegiatan pada sektor non esensial diberlakukan 100% Work From Home  (WFH), untuk supermarket pasar tradisional, toko kelontong dan pasar swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari dibatasi jam operasional sampai pukul 20.00 waktu setempat dengan  kapasitas pengunjung 50%, serta untuk apotek dan toko obat dapat buka selama 24 jam. Tidak  hanya itu, pelaksanaan kegiatan makan/minum di tempat umum seperti rumah makan, kafe,  pedagang kaki lima, hanya boleh menerima delivery/take away. Beberapa hari kemudian,  pemerintah memperluas cakupan PPKM darurat ke 15 kabupaten/kota di luar Pulau Jawa dan Bali.  

Melihat tidak ada penurunan kasus COVID-19 yang signifikan, pemerintah  memperpanjang PPKM darurat dengan istilah PPKM Level 4 hingga tanggal 2 Agustus 2021. Pada  PPKM Level 4, pasar tradisional yang tidak menyediakan kebutuhan sehari hari diizinkan  beroperasi hingga pukul 15.00 dengan kapasitas pengunjung 50%. Warung makan, pedagang kaki  lima, lapak dagangan dan sejenisnya yang memiliki tempat usaha di ruang terbuka diizinkan  beroperasi hingga pukul 21.00 dengan batas waktu maksimal setiap pengunjung untuk makan  selama 30 menit (Ramadhan, 2021). Memang benar bahwa angka kesembuhan COVID-19 di  Indonesia tergolong tinggi. Namun, kasus meninggal akibat COVID-19 juga tak kalah tingginya.  Oleh karena itu, dengan tujuan memutus mata rantai penularan COVID-19, pemerintah  memutuskan untuk memperpanjang PPKM Level 4.  

Pemberlakukan PPKM Darurat berarti memaksa masyarakat untuk selalu berada di rumah  dengan tujuan mengurangi penyebaran COVID-19. Kebijakan ini tentu akan mempengaruhi  perekonomian Indonesia mengingat terbatasnya mobilitas masyarakat. Padahal, perekonomian  tidak dapat berjalan tanpa mobilitas yang cukup. Terbatasnya mobilitas masyarakat, tentu akan  memberikan kontraksi pada perekonomian. Tentu karena banyaknya sektor pekerjaan yang  membutuhkan mobilitas dalam pelaksanaannya. Pada sektor jasa, dibutuhkan pertemuan antara  konsumen dan produsen. Sehingga dapat dipastikan sektor ini terganggu karena adanya PPKM  darurat. Tidak hanya itu, sektor yang membutuhkan mobilitas manusia dalam sisi produksi, seperti  manufaktur juga terganggu akibat kebijakan PPKM darurat ini. 

Pada awalnya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2021 sebesar 6,5%  year on year (yoy). Namun, melihat diberlakukannya kebijakan PPKM darurat, Menteri Keuangan  Indonesia, Ibu Sri Mulyani, meyakini realisasi pertumbuhan ekonomi akan di bawah dari prediksi  tersebut (Santoso, 2021). Lebih lanjut, karena kebijakan PPKM darurat diperpanjang dengan  istilah PPKM Level 4, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkisar pada 3,5%  (Sembiring & Satya, 2021). Dari sisi pasar keuangan, kebijakan PPKM darurat menurunkan  proyeksi pertumbuhan kredit pada Kuartal III-2021 menjadi 4-6%.

Sebagaimana PPKM Darurat memengaruhi kondisi perekonomian secara umum, PPKM  Darurat juga memberikan berbagai sentimen terhadap kondisi pasar saham di Indonesia, dalam hal  ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebelum ditetapkannya kebijakan PPKM darurat,  pergerakan IHSG cukup berfluktuasi. Pada perdagangan 31 Mei – 4 Juni 2021, IHSG melesat  3,70% ke angka 6.065,1660. Kemudian, IHSG kembali mengalami kenaikan sebesar 0,50% ke  angka 6.095,4791 pada perdagangan 7-11 Juni 2021. Namun, IHSG mengalami penurunan ke  angka 6.007,1201 atau sebesar -1,45% pada perdagangan di minggu selanjutnya, 14-18 Juni.  Setelah itu, IHSG kembali bergerak naik pada perdagangan 21-25 Juni 2021, masing-masing  sebesar 0,25%. Sebaliknya, pada akhir Juni, tepatnya perdagangan 28-30 Juni, IHSG mengalami penurunan dan ditutup di angka 5.985,4888. Sehingga, pada bulan Juni 2021 IHSG berhasil  menguat 0,64%. 

Setelah berfluktuasi selama bulan Juni, IHSG kembali dihadapkan dengan sentimen berupa  pengumuman PPKM Darurat pada Kamis 1 Juli 2021. Hal ini menyebabkan pergerakan IHSG  cukup liar pada perdagangan hari tersebut. Pada awal sesi satu IHSG berhasil naik ke angka  6.035,895. Namun, IHSG perlahan turun dan ditutup di angka 5.980,035, atau turun sekitar -0,09%  pada akhir perdagangan sesi satu Kamis 1 Juli 2021. Tampaknya, kabar pengumuman PPKM  Darurat berhasil membuat pasar bereaksi negatif. Akan tetapi, pada perdagangan sesi dua IHSG  beranjak naik dan berhasil ditutup di angka 6.005,958 atau menguat 0,34%. Hal ini menunjukkan  bahwa para pelaku pasar tetap optimis. Bahkan, pada perdagangan hari selanjutnya, Jum’at 2 Juli  2021, IHSG berhasil menguat 0,28% dan ditutup di angka 6.023,008. Sehingga, jika dilihat  menggunakan grafik mingguannya, IHSG berhasil menguat 0,01% pada perdagangan 28 Juni – 2  Juli 2021. 

Gambar 1: Grafik Pergerakan Mingguan IHSG Juni 2021 
Sumber: https://www.tradingview.com/x/OHHzOVT2/ 

Pada hari pertama perdagangan di masa PPKM Darurat, Senin 5 Juli 2021, IHSG  mengalami penurunan sebesar -0,29% dan ditutup di angka 6.005,609. Namun, IHSG berhasil  menguat 0.69% dan ditutup di angka 6.047,1108 pada perdagangan di hari berikutnya, Selasa 6  Juli 2021. Akan tetapi, pada perdagangan di hari selanjutnya, IHSG justru kembali mengalami  penurunan selama dua hari berturut-turut. Pada perdagangan hari Rabu 7 Juli 2021, IHSG sempat turun ke level 6.022,306 di akhir sesi pertama. Kemudian, IHSG perlahan naik pada sesi ke dua,  dan ditutup di angka 6.044,037 atau ‘hanya’ turun -0,05%. Lalu, pada perdagangan di hari kamis  8 Juli 2021, IHSG ditutup melemah -0,07%. Sementara itu, pada perdagangan hari Jum’at 9 Juli,  pergerakan IHSG stagnan dan ditutup di angka 6.039,8442. Walaupun demikian, dalam  perdagangan 5-9 Juli, IHSG berhasil menguat 0,28% jika dilihat menggunakan grafik  mingguannya. IHSG mengalami kenaikan pada perdagangan di minggu pertama PPKM Darurat. 

Setelah IHSG mengalami penguatan pada minggu sebelumnya, para pelaku pasar lebih  optimis dengan pergerakan IHSG. Hal tersebut dibuktikan dengan melonjaknya IHSG di awal sesi  satu ke angka 6.084,784 pada perdagangan Senin 12 Juli 2021. Bahkan, sempat menyentuh level  tertinggi pada perdagangan hari tersebut di angka 6.097,1201 menjelang akhir sesi satu. Namun,  IHSG mulai bergerak turun pada sesi ke dua, dan ditutup di angka 6.078,5679 atau ‘hanya’  meningkat 0,64%. Pergerakan IHSG pada dua hari perdagangan berikutnya, Selasa dan Rabu, 13  dan 14 Juli, berbeda dengan perdagangan di hari sebelumnya. IHSG justru mengalami penurunan  selama dua hari beruntun, masing-masing -1,09% dan -0,54%. Bahkan, pada perdagangan hari  Rabu 14 Juli, IHSG sempat menyentuh angka 5.947,619. Walaupun pada akhirnya ditutup di angka  5.979,2148 atau ‘hanya’ melemah -0,55%. Akan tetapi, IHSG kembali mengalami penguatan pada  perdagangan di dua hari selanjutnya. Pada Kamis 15 Juli, IHSG menguat 1,12%, sedangkan pada  Jum’at 16 Juli, IHSG mengalami peningkatan sebesar 0,42%. Pergerakan IHSG pada perdagangan  di minggu kedua PPKM Darurat lebih berfluktuasi dibandingkan dengan minggu sebelumnya.  Walau begitu, IHSG berhasil menguat 0,54% pada perdagangan di minggu tersebut dan ditutup di  angka 6.072,5098. 

Pada minggu ketiga PPKM Darurat, 19-23 Juli 2021, IHSG kembali mengalami fluktuasi.  Setelah ditutup melemah -0,91% pada perdagangan Senin 19 Juli 2021, IHSG berhasil menguat  0,21% pada penutupan perdagangan Rabu 21 Juli 2021. Kemudian, pada perdagangan hari  berikutnya, Kamis 22 Juli 2021, IHSG mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu 1,78% dan  ditutup di angka 6.137,547. Pada perdagangan Jum’at 23 Juli 2021, IHSG sempat menyentuh level  tertinggi selama masa PPKM Darurat di angka 6.166,3052 di awal sesi satu. Namun, IHSG justru  bergerak turun hingga akhir sesi dan ditutup melemah -0,58% di angka 6.101,6899 pada  perdagangan hari tersebut. Walau begitu, jika dilihat menggunakan grafik mingguannya, IHSG  berhasil menguat 0,48% pada perdagangan di minggu terakhir PPKM Darurat, 19-23 Juli 2021.  Maka secara keseluruhan, selama masa PPKM Darurat, IHSG mengalami kenaikan sebesar 1,31%.

Gambar 2: Grafik Pergerakan Mingguan IHSG Juni – Juli 2021 
Sumber: https://www.tradingview.com/x/dA50afwO/

Peningkatan IHSG selama tiga minggu berturut-turut di masa PPKM Darurat didukung  oleh beberapa sektor, seperti kesehatan (IDXHEALTH), finance (IDXFINANCE), energi  (IDXENERGY), dan teknologi (IDXTECHNO). Di Sektor kesehatan, IDXHEALTH ditutup  menguat 4,22% pada perdagangan di minggu pertama PPKM Darurat, 5-9 Juli 2021. Kemudian,  pada perdagangan di minggu ke dua PPKM Darurat, 12-16 Juli 2021, IDXHEALTH ditutup  menguat 2,69% di angka 1.457,747. Bahkan, pada perdagangan Senin 12 Juli 2021, IDXHEALTH  sempat menyentuh level tertingginya di angka 1.481,114. Akan tetapi, IDXHEALTH melemah  pada minggu ke tiga PPKM Darurat, 19-23 Juli 2021. IDXHEALTH mengalami penurunan  sebanyak -3,98% dan ditutup di angka 1.399,768. Secara keseluruhan, selama masa PPKM  Darurat, IDXHEALTH telah mengalami kenaikan sebesar 2,77%. Kenaikan IDXHEALTH ini  cukup wajar jika melihat bahwa sektor kesehatan adalah sektor yang paling penting di masa  pandemi COVID-19 ini, termasuk di masa PPKM Darurat. Bahkan, beberapa saham yang masuk  ke dalam IDXHEALTH ini mengalami kenaikan yang signifikan selama masa PPKM Darurat,  perdagangan 5-23 Juli 2021. Saham-saham tersebut antara lain, Prodia Widyahusada (PRDA)  70,64%, Royal Prima (PRIM) 14,79%, Pyridam Farma (PYFA) 10,26%, Sarana Meditama  Metropolitan (SAME) 19,65%, dan Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) 25,36%.

Gambar 3: Grafik Pergerakan Mingguan IDXHEALTH Juni – Juli 2021 
Sumber: https://s3.tradingview.com/snapshots/g/gP9loesD.png

Selain sektor kesehatan, sektor finance dan teknologi juga mengalami peningkatan dalam  perdagangan di masa PPKM Darurat. Pada perdagangan 5-23 Juli 2021, IDXFINANCE menguat  3,14%, sedangkan IDXTECHNO mengalami kenaikan 4,51%. Kenaikan kedua index ini cukup  wajar mengingat sektor finance dan teknologi merupakan sektor esensial, yang kegiatannya tetap  diizinkan berjalan selama PPKM Darurat. Saham-saham finance yang menguat pada perdagangan  di masa PPKM Darurat diantaranya Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (AGRO) 27,13%, Bank  Jago (ARTO) 23,63%, Bank Capital Indonesia (BACA) 8,54%, Allo Bank Indonesia (BBHI)  103,61%, Bank Negara Indonesia (BBNI) 5,07%, Bank Bisnis Internasional (BBSI) 39,00%, Bank  Neo Commerce (BBYB) 45,20%, Bank Ganesha (BGTG) 81,51%, Bank Bumi Arta (BNBA)  79,63%, Bank Permata (BNLI) 16,61%, Bank Syariah Indonesia (BRIS) 18,39%, Bank Sinarmas  (BSIM) 104,63%, Bank Oke Indonesia (DNAR) 15,69%, dan Bank Nationalnobu (NOBU)  20,62%. Sementara itu, saham-saham IDXTECHNO yang menguat selama perdagangan di masa  PPKM Darurat ini antara lain Cashlez Worldwide Indonesia (CASH) 8,82%, Digital Mediatama  Maxima (DMMX) 63,91%, Elang Mahkota Teknologi (EMTK) 3,61%, Kioson Komersial  Indonesia (KIOS) 72,05%, M Cash Integrasi (MCAS) 16,72%, Multipolar Technology (MLPT)  28,30%, Metrodata Electronics (MTDL) 18,31%, NFC Indonesia (NFCX) 31,17%, dan Telefast  Indonesia (TFAS) 57,97%. 

Gambar 4: Grafik Pergerakan Mingguan IDXFINANCE (Kiri) dan IDXTECHNO (Kanan) Sumber: https://www.tradingview.com/x/Hm8LJfrV/ 

Berbeda dengan IHSG yang mengalami kenaikan selama PPKM Darurat, beberapa sektor  berikut justru mengalami penurunan selama perdagangan di masa PPKM Darurat 5-23 Juli 2021.  Sektor basic materials (IDXBASIC) adalah salah satu sektor yang mengalami penurunan selama  perdagangan di masa PPKM Darurat. Sebenarnya, IDXBASIC sempat mengalami kenaikan  2,25% pada minggu pertama PPKM Darurat, 5-9 Juli 2021. Namun, IDXBASIC justru mengalami  penurunan di minggu ke dua dan ke tiga PPKM Darurat. Sehingga, selama perdagangan di masa  PPKM Darurat, IDXBASIC mengalami penurunan sebesar -0,74%. Penurunan IDXBASIC ini  disebabkan oleh melemahnya sebagian saham yang termasuk ke dalam IDXBASIC. Saham-saham  anggota IDXBASIC yang mengalami penurunan antara lain Alkindo Naratama (ALDO) -1,45%,  Alakasa Industrindo (ALKA) -1,67%, Alumindo Light Metal Industry (ALMI) -1,67%, Asiaplast  Industries (APLI) -5,34%, Saranacentral Bajatama (BAJA) -2,44%, Berkah Beton Sadaya (BEBS)  -8,05%, Bintang Mitra Semesta Raya (BMSR) -22,50%, Bumi Resources Minerals (BRMS) – 7,62%, Berlina (BRNA) -7,69%, Barito Pacific (BRPT) -5,26%, Indonesia Fibreboard Industry  (IFII) -6,21%, Indal Aluminium Industry (INAI) -3,64%, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) – 2,14%, Indopoly Swakarsa Industry (IPOL) -3,16%, Emdeki Utama (MDKI) -0,96%, Ancora  Indonesia Resources (OKAS) -9,52%, Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) -23,91%, Pelangi  Indah Canindo (PICO) -12,50%, Trinitan Metals and Minerals (PURE) -9,17%, Semen Indonesia  (SMGR) -6,45%, Suparma (SPMA) -13,68%, Wilton Makmur Indonesia (SQMI) -18,18%,  Chandra Asri Petrochemical (TPIA) -10,26%, dan Waskita Beton Precast (WSBP) -8,61%.

Gambar 5: Grafik Pergerakan Mingguan IDXBASIC 
Sumber: https://s3.tradingview.com/snapshots/g/gP9loesD.png 

Sektor lain yang juga mengalami penurunan selama perdagangan di masa PPKM Darurat  adalah sektor industri (IDXINDUST) dan sektor konsumer non siklikal (IDXNONCYC). Pada  perdagangan 5-23 Juli 2021, IDXINDUST mengalami penurunan sebesar -1,18%, sedangkan  IDXNONCYC melemah -4,30%. Saham-saham industri yang melemah selama perdagangan di  masa PPKM Darurat antara lain Ateliers Mecaniques D’Indonesie (AMIN) -3,74%, Arita Prima  Indonesia (APII) -1,64%, Astra Graphia (ASGR) -5,44%, Astra International (ASII) -1,00%,  Berkah Prima Perkasa (BLUE) -5,59%, Global Mediacom (BMTR) -2,88%, Communication  Cable Systems Indonesia (CCSI) -11,38%, Hexindo Adiperkasa (HEXA) -2,25%, Island Concepts  Indonesia (ICON), Intraco Penta (INTA), Jembo Cable Company (JECC), Jasuindo Tiga Perkasa  (JTPE) -1,28%, KMI Wire & Cable (KBLI) -5,59%, Lion Metal Works (LION) -10,00%, Mark  Dynamics Indonesia (MARK) -6,77%, Multipolar (MLPL) -5,88%, Singaraja Putra (SINI) – 9,49%, Superkrane Mitra Utama (SKRN) -2,21%, Tira Austenite (TIRA) -8,52%, Surya Toto  Indonesia (TOTO) -1,94%, United Tractors (UNTR) -3,19%, dan Voksel Electric (VOKS) -1,08%.  

Sementara itu, saham-saham IDXNONCYC yang mengalami penurunan diantaranya Asia  Sejahtera Mina (AGAR) -12,99%, Tri Banyan Tirta (ALTO) -5,56%, BISI International (BISI) – 0,45%, Campina Ice Cream Industry (CAMP) -0,78%, Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) – 3,11%, Delta Djakarta (DLTA) -1,05%, Sentra Food Indonesia (FOOD) -2,94%, Gudang Garam  (GGRM) -23,70%, Garudafood Putra Putri Jaya (GOOD) -4,69%, H.M. Sampoerna (HMSP) – 6,22%, Buyung Poetra Sembada (HOKI) -2,07%, Indofood Sukses Makmur (INDF) -1,52%,  Indonesian Tobacco (ITIC) -8,23%, Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) -7,42%, Kino Indonesia (KINO) -8,47%, Mahkota Group (MGRO) -1,46%, Midi Utama Indonesia (MIDI) -2,78%, Multi  Bintang Indonesia (MLBI) -3,09%, Matahari Putra Prima (MPPA) -17,65%, Mayora Indah  (MYOR) -3,45%, Provident Agro (PALM) -5,26%, Pradiksi Gunatama (PGUN) -21,48%,  Prasidha Aneka Niaga (PSDN) -9,73%, Palma Serasih (PSGO) -19,41%, Supra Boga Lestari  (RANC) -5,03%, Millennium Pharmacon International (SDPC) -3,68%, Sekar Laut (SKLT) – 6,76%, Siantar Top (STTP) -2,35%, Mandom Indonesia (TCID) -0,87%, Uni-Charm Indonesia  (UCID) -1,90%, Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) -2,65%, Unilever Indonesia (UNVR) – 6,80%, Wahana Pronatural (WAPO) -8,04%, dan Widodo Makmur Unggas (WMUU) -2,96%.

Gambar 6: Grafik Pergerakan mingguan IDXINDUST (kiri) dan IDXNONCYC (kanan) Sumber: https://www.tradingview.com/x/e8LNofj9/ 

Pergerakan IHSG yang cukup berfluktuasi selama masa PPKM Darurat membuat beberapa  investor mengalami ketakutan. Dalam melewati masa PPKM Darurat yang cukup sulit, para  investor pemula setidaknya dapat melakukan dua hal. Yang pertama adalah jangan panik, baik itu  panic buying apalagi panic selling. Seperti yang disampaikan oleh Lo Kheng Hong dalam Capital  Market Summit and Expo 2020 lalu, jika kita sudah memiliki saham perusahaan yang bagus,  jangan takut walau harganya turun. Cukup kita tinggal tidur saja. Tips yang ke dua, jika kita  melihat ada saham-saham perusahaan bagus yang dijual dengan harga murah atau under value,  sebaiknya kita mulai melakukan pembelian saham tersebut dengan menggunakan metode dollar  cost averaging. Pembelian saham menggunakan metode dollar cost averaging bertujuan untuk  berjaga-jaga jika sewaktu-waktu saham tersebut mengalami penurunan yang lebih dalam, kita  dapat membeli dengan harga yang lebih murah.  

PPKM Darurat hanya berjalan tiga minggu dan sudah selesai. Namun, bukan berarti  pandemi COVID-19 di Indonesia sudah berhasil diatasi. Indonesia masih melakukan usaha untuk  menghentikan penyebaran virus corona ini. Pemerintah tetap memberlakukan pembatasan dengan  istilah dan aturan yang berbeda (PPKM Level 4). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan  kebijakan baru, yaitu PPKM Level 4. Mengingat prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada  tahun ini masih mengalami pertumbuhan, Chief Investment Officer Mandiri Manajemen Investasi (MMI), Ali Yahdin Saudi, percaya bahwa prospek pasar modal Indonesia masih memiliki upside.  Tidak hanya itu, melihat perekonomian global yang membaik akibat upaya yang telah dilakukan  berbagai negara seperti memberikan stimulus besar-besaran baik dari pemerintah negara tersebut  atau negara lain dan kebijakan penurunan suku bunga juga merupakan kabar baik bagi pasar  modal. Hal ini dapat menimbulkan aliran dana dari negara maju ke negara berkembang karena  investor mencari negara dengan return yang lebih tinggi. Kondisi ini tentu akan menguntungkan  Indonesia yang dapat menawarkan return investasi yang lebih tinggi daripada negara lain. 

Tidak hanya itu, melihat berbagai upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan Indonesia  seperti kebijakan suku bunga rendah, inflasi yang masih terkendali, program Pemulihan Ekonomi  Nasional (PEN), disahkannya Omnibus Law, investasi Sovereign Wealth Fund (SWF), dan  perbaikan kinerja perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan  penyokong kenaikan IHSG di tahun 2021. Keberhasilan program vaksin yang sedang berjalan juga  menjadi harapan bagi perekonomian Indonesia (Wijaya, 2021). Untuk pasar saham sendiri,  terdapat beberapa sektor yang memiliki potensi untuk mengalami kenaikan nilai. Pertama, sektor  komoditas dan energi. Karena pertumbuhan ekonomi global, sektor ini akan mengalami  peningkatan permintaan yang signifikan, sehingga mengangkat harga komoditas. Kedua, sektor  telekomunikasi. Mengingat konsumsi data yang akan terus menerus meningkat, memberikan kabar  baik kepada sektor ini. Ketiga, sektor finansial. Melihat kondisi aset perbankan yang masih terjaga,  likuiditas meningkat, hingga sinyal baik pemulihan ekonomi memberikan prospek positif pada  sektor ini (Dirgantara, 2021).

Written by:

Research and Development Division

Arul Pradana

arul.pradana@ui.ac.id

Pranindiska Nurlistyo Naistana

pranindiskanurlistyon@gmail.com

Published by:

Operation and Infrastructure Division

Gabriel Tiffany Elvaretta

gabrieltiffany@ui.ac.id