Published on September 25th, 2024

Single Stock Futures: The Future Derivative in Indonesia Stock Market

Apa itu Single Stock Futures?

Sebelum membahas mengenai Single Stock Futures, kita perlu mengetahui apa itu derivatif.
Derivatif adalah suatu kontrak antara dua atau lebih pihak untuk memenuhi janji membeli atau
menjual assets / commodities yang dijadikan sebagai objek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pembeli. Derivatif yang dapat kita temukan pada Bursa Efek adalah derivatif keuangan dimana variabel-variabel yang mendasari derivatif tersebut adalah instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks, mata uang dan instrumen keuangan lainnya. Instrumen derivatif ini biasanya digunakan untuk melakukan lindung nilai (hedging) dan juga untuk meraih keuntungan spekulatif oleh pelaku pasar (PT Bursa Efek Indonesia, n.d.).

Single Stock Futures (SSF) adalah salah satu instrumen derivatif yang memungkinkan investor untuk membeli atau menjual kontrak futures berdasarkan harga saham individual. Dalam perdagangan di pasar derivatif, SSF juga berfungsi sebagai alat untuk spekulasi atau lindung nilai, dimana para investor dapat mengambil posisi long atau short pada saham tertentu tanpa harus memiliki saham tersebut secara langsung. Dengan kata lain, SSF memberikan fleksibilitas kepada investor untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa depan dan mengambil keuntungan ataupun melindungi nilai dari fluktuasi harga tersebut (Gratton, 2024).

Tujuan utama dari adanya SSF adalah untuk memberikan alat yang lebih terdiversifikasi bagi investor dalam mengelola risiko portofolio mereka serta untuk mendapatkan eksposur terhadap pergerakan harga saham tertentu tanpa perlu melakukan transaksi langsung di pasar spot. Selain itu, SSF juga digunakan oleh investor untuk melakukan arbitrase dan meningkatkan efisiensi pasar dengan menyediakan likuiditas tambahan.

SSF pada Pasar Modal Global

SSF atau Single Stock Futures merupakan produk derivatif yang cukup populer di kalangan pasar modal global dan sudah ada sejak tahun 1980-an. SSF sendiri menjadi produk derivatif dan hedging yang cukup populer di negara lain seperti Italia, Spanyol, Saudi Arabia, Malaysia, Inggris, dan Afrika Selatan. Meskipun begitu, ada beberapa negara dimana SSF ini justru kurang pesat perkembangannya seperti negara Amerika Serikat. Awalnya, SSF ini sempat mengalami permasalahan dalam peluncurannya karena pihak CFTC (Commodities Futures Trading Commission) dan SEC (Securities Exchange Commission) tidak dapat mencapai persetujuan akan siapa yang akan meregulasi dan mengawasi produk SSF ini. Namun, akhirnya pada tahun 2000, Commodities Futures Modernization Act of 2000 disahkan dimana CFTC dan SEC setuju akan melakukan rencana pembagian yurisdiksi akan produk SSF ini dan pada 8 November 2002, OneChicago dan NQLX menjadi dua persama pertama di Amerika Serikat dimana SSF ini ter-listing. Sayangnya, perlahan-lahan SSF ini kalah saing di Amerika Serikat dengan produk derivatif lainnya dan pudar keberadaannya karena kurangnya kesadaran investor Amerika Serikat akan adanya produk SSF ini sendiri (Gratton, 2024). Meskipun SSF ini tidak populer di Amerika Serikat, SSF ini masih sangat populer di berbagai negara lain dan dapat menjadi produk derivatif yang baru dan menarik di pasar modal Indonesia asalkan eksekusinya dapat berjalan lancar. Untungnya, BEI sudah bekerjasama KPEI & KSEI dalam mempermudah transaksi SSF ini serta juga mulai ramai pembahasan akan produk SSF ini sehingga diharapkan SSF ini dapat mengalami nasib yang jauh lebih baik dari Amerika Serikat (PT Bursa Efek Indonesia, n.d.).

Single Stock Futures dapat menjadi produk derivatif yang cukup menarik untuk dipelajari dan digunakan dalam perjalanan investasi seseorang karena memiliki kegunaan seperti adanya leverage yang dapat berfungsi untuk membesarkan return jika tepat digunakan, serta sebagai hedging untuk meminimalisir risiko. Selain itu, tentunya jumlah modal yang harus dimiliki investor untuk dapat menjual-belikan Single Stock Futures ini jauh lebih rendah dibandingkan jika membeli sahamnya secara langsung karena faktor leverage yang berasal dari margin tersebut. Menurut BEI sendiri, perkembangan Single Stock Futures di pasar global juga mengalami peningkatan yang pesat selama 5 tahun terakhir yang menunjukkan masih potensi kuat dalam produk derivatif Single Stock Futures ini (PT Bursa Efek Indonesia, n.d.).

BEI meluncurkan produk derivatif SSF ini agar dapat menambahkan variasi instrumen investasi dalam pasar modal Indonesia dan mendorong inovasi & perkembangan dalam pasar derivatif atau sekunder Indonesia. Selain itu, SSF ini juga diharapkan dapat meningkatkan jumlah transaksi di pasar sekunder Indonesia sehingga meningkatkan likuiditas total pasar modal Indonesia serta meningkatkan minat untuk mendalami pasar ekuitas Indonesia bagi kalangan investor Indonesia. SSF ini juga dapat berperan sebagai agen koreksi pasar dimana SSF dapat membantu membuat harga-harga saham lebih efisien di pasar Indonesia (PT Bursa Efek Indonesia, n.d.).

Mekanisme SSF melalui Contoh Fiktif Sederhana

Single Stock Futures (SSF) adalah kontrak derivatif yang mewakili kewajiban untuk membeli atau menjual satu saham individual di masa depan pada harga yang telah disepakati. Mekanisme kerjanya mengikuti prinsip dasar kontrak berjangka (futures), tetapi diterapkan pada saham individual. Berikut adalah cara kerja atau mekanismenya:

Misalkan saham PT Jojo Mencari, Tbk. ($JFFC) saat ini diperdagangkan di harga Rp 10.000 per lembar. Seorang investor percaya bahwa harga saham ini akan naik dalam 3 bulan ke depan, tetapi mereka tidak ingin membeli saham tersebut secara langsung. Mereka memutuskan untuk membeli kontrak single stock futures (SSF) pada saham $JFFC.

Berikut detail kontrak :
– Margin awal: 10% dari nilai kontrak penuh
– Harga saham $JFFC saat ini (harga spot): Rp 10.000
– Harga futures untuk 3 bulan ke depan: Rp 10.200
– Ukuran kontrak: 100 lembar saham (1 kontrak SSF mewakili 100 saham)

Kontrak ini diperdagangkan di bursa berjangka seperti bursa efek, di mana pembeli dan penjual melakukan transaksi berdasarkan harga yang telah disepakati (harga futures). Karena SSF adalah produk leverage, maka traders hanya perlu menyetor sejumlah kecil modal sebagai jaminan berupa margin. Margin awal ini biasanya merupakan persentase dari nilai penuh kontrak. Selanjutnya, margin dapat disesuaikan melalui margin maintenance berdasarkan perubahan harga saham. Harga dari kontrak SSF ditentukan oleh beberapa faktor: harga spot saham (harga saham saat ini), risk–free rate, dividen yang diharapkan selama periode kontrak, serta durasi waktu hingga kontrak jatuh tempo

Dengan penjelasan dan detail kontrak tersebut, berikut gambaran langkah-langkah transaksi SSF yang dapat dilakukan oleh seorang investor:

  1. Pembelian kontrak SSF
    – Investor membeli 1 kontrak SSF pada PT ABC dengan harga futures Rp 10.200.
    – Nilai penuh kontrak = Rp 10.200 x 100 = Rp 1.020.000.
    – Karena ini adalah produk berjangka, investor hanya perlu menyetor margin awal sebesar 10%, yaitu Rp 102.000.
  2. Perubahan dalam harga saham
    – Dalam 3 bulan, harga saham PT ABC naik menjadi Rp 11.000.
    – Saat kontrak jatuh tempo, harga futures juga menyesuaikan dengan harga spot saham yang baru, sehingga nilainya menjadi Rp 11.000.
  3. Keuntungan apabila harga saham $JFFC naik:
    – Investor dapat menjual kembali kontrak SSF mereka pada harga pasar saat ini, yaitu pada harga Rp 11.000.
    Keuntungan per saham = Rp 11.000 – Rp 10.200 = Rp 800.
    – Karena 1 kontrak mewakili 100 lembar saham, total keuntungan investor = Rp 800 x 100 = Rp 80.000.
    – Modal awal yang disetor sebagai margin = Rp 102.000.
    Persentase keuntungan = (Rp 80.000 / Rp 102.000) x 100 = 78,43% dalam waktu 3 bulan.
    – Margin awal sebesar Rp 102.000 akan dikurangi dengan kerugian Rp 70.000, sehingga sisa margin yang dimiliki investor = Rp 32.000.
  4. Kerugian apabila harga saham $JFFC turun:
    – Jika harga saham  $JFFC ternyata turun, misalnya menjadi Rp 9.500 pada saat jatuh tempo, maka investor mengalami kerugian
    Kerugian per saham = Rp 10.200 – Rp 9.500 = Rp 700.
    – Total kerugian = Rp 700 x 100 = Rp 70.000.

Keuntungan dan Kekurangan SSF

SSF (Single Stock Futures) menyediakan leverage, memungkinkan para traders untuk mengendalikan posisi yang lebih besar dengan modal yang lebih kecil. Kedua, SSF menawarkan kemampuan untuk dengan mudah mengambil posisi long atau short, memungkinkan pedagang untuk berspekulasi pada pasar yang sedang naik maupun turun. Terakhir, SSF dapat digunakan untuk hedging, memungkinkan investor untuk melindungi portofolio saham mereka dari pergerakan harga yang merugikan.

Meskipun perdagangan SSF berpotensi sangat menguntungkan, namun juga disertai dengan risiko yang meningkat karena penggunaan leverage. Volatilitas pasar dan spekulasi yang salah arah dapat menyebabkan kerugian yang signifikan, serta risiko terjadinya margin call.

Selain itu, perlu diingat bahwa pasar saham Indonesia dikenal memiliki volatilitas yang cukup tinggi, terutama pada saham-saham tertentu. SSF, karena sifat leverage-nya, lebih sensitif terhadap fluktuasi harga. Pergerakan harga yang tiba-tiba dan signifikan bisa menyebabkan perubahan nilai kontrak yang drastis, meningkatkan risiko kerugian.

Tidak hanya itu, meskipun SSF pada saham-saham besar mungkin bisa likuid, saham-saham dengan kapitalisasi kecil atau yang kurang populer bisa memiliki likuiditas yang rendah. Hal ini membuat sulit bagi investor untuk masuk atau keluar posisi tanpa mempengaruhi harga secara signifikan, dan juga dapat menyebabkan bid-ask spread yang lebih lebar.

Studi Kasus Penerapan SSF – Dampaknya terhadap Saham di Dunia

Sekarang kita akan melihat sebuah studi kasus yang mencari tahu apakah SSF dapat memberikan dampak yang signifikan bagi pergerakan saham dalam sebuah bursa efek. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, risiko dalam SSF cukup besar karena merupakan salah satu leverage yang dapat digunakan oleh pelaku pasar. Maka dari itu volatilitas pergerakan harga saham akan sangat menentukan tinggi-rendahnya risiko dari penggunaan SSF di bursa.

Terdapat beberapa artikel jurnal yang membahas dampak penerapan SSF pada saham, salah satunya adalah “Single Stock Futures Trading and Stock Price Volatility: Empirical Analysis” yang ditulis oleh Safi Ullah Khan, dan Syed Tahir Hijazi. Berdasarkan artikel yang mereka tulis, terdapat beberapa dampak yang terjadi terhadap harga saham yang ada di Karachi Stock Exchange. Dampak yang paling signifikan adalah adanya penurunan volatilitas harga saham, dan hal ini mendukung hipotesis bahwa derivatif seperti SSF mampu meningkatkan likuiditas dan stabilitas pasar yang berdampak pada berkurangnya volatilitas harga saham (Khan & Hijazi, 2009).

Penurunan volatilitas yang terjadi dapat disebabkan karena SSF memberikan kesempatan bagi investor untuk mengambil posisi (meningkatkan likuiditas) tanpa mempengaruhi harga saham di pasar spot secara langsung di saat itu juga. Hal ini juga memungkinkan investor untuk melakukan hedging dan arbitrase, sehingga meningkatkan kepercayaan investor untuk mengambil posisi yang berdampak pada meningkatnya likuiditas dan stabilitas harga saham. Walaupun artikel tersebut mengatakan bahwa penerapan SSF secara keseluruhan membawa dampak positif, tetapi ada beberapa batasan, seperti tahun penelitian yang sudah cukup lama serta perbedaan konteks pasar jika dibandingkan dengan BEI.

Maka kami membandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khan & Hijazi (2009) dengan sebuah artikel yang lebih baru ditulis oleh Curran dan Molica (2009) untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih baik. Dalam studi yang lebih baru tersebut, Curran dan Molica menyatakan bahwa penerapan SSF di Bursa Nasional India (NSE) menunjukkan hasil yang lebih beragam. Dimana walaupun SSF memang meningkatkan likuiditas saham, tetapi juga dapat meningkatkan potensi manipulasi pasar. Hal ini disebabkan penggunaan derivatif dengan leverage seperti SSF memungkinkan investor untuk memanfaatkan perbedaan harga antara pasar spot dan pasar futures, yang dapat memicu manipulasi harga saham di pasar spot (Curran & Mollica, 2020)

Manipulasi harga saham melalui SSF dapat terjadi melalui mekanisme cross-market manipulation. Hal ini terjadi ketika seseorang memanfaatkan perbedaan harga antara pasar spot dan pasar futures untuk meraup keuntungan yang ilegal. Ilustrasi manipulasi tersebut adalah ketika seseorang mengambil posisi long di pasar futures dengan ekspektasi bahwa harga saham di pasar spot akan naik. Mereka kemudian melakukan pembelian saham dalam jumlah besar di pasar spot untuk memicu kenaikan harga. Setelah harga saham di pasar spot naik dan harga futures juga ikut naik, pelaku menjual kontrak futures pada harga yang lebih tinggi. Keuntungan dari kontrak futures ini cukup besar untuk menutupi biaya pembelian saham di pasar spot, sehingga manipulasi tersebut berhasil.

Derivatif seperti SSF memang dapat berperan dalam meningkatkan efisiensi pasar dengan mempersempit spread harga dan menurunkan volatilitas. Namun, studi Curran dan Mollica menyoroti bahwa peningkatan likuiditas dan penurunan volatilitas ini tidak selalu berdampak positif pada fairness pasar. Likuiditas yang lebih tinggi dapat memberikan insentif bagi manipulasi harga, terutama ketika derivatif memberikan leverage yang besar bagi para trader. Oleh karena itu, penting bagi regulator pasar untuk menyeimbangkan manfaat likuiditas dengan risiko potensi manipulasi yang dapat muncul dari perdagangan derivatif seperti SSF.

Kesimpulan, dan Implikasi Penerapan SSF di Indonesia

Berdasarkan analisis dan studi kasus yang telah dilakukan dengan rentang waktu yang cukup berbeda, pada dua pasar yang berbeda, SSF terbukti memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap volatilitas dan likuiditas pasar. Studi yang dilakukan oleh Khan dan Hijazi (2009) menunjukan bahwa SSF menurunkan volatilitas harga saham dan meningkatkan likuiditas pasar, khususnya di Bursa Efek Pakistan. Sementara itu penelitian yang lebih baru oleh Curran dan Mollica (2009) menemukan bahwa peningkatan likuiditas yang diberikan oleh SSF juga dapat meningkatkan potensi manipulasi harga, melalui leverage yang diberikan oleh instrumen. Hal ini menunjukan bahwa, walaupun SSF berperan dalam meningkatkan efisiensi pasar, perlu regulasi yang kuat untuk mencegah terjadinya manipulasi harga saham spot dan futures, dan hal ini berlaku untuk seluruh derivatif yang memberikan leverage.

Implikasi dari Penerapan SSF di Pasar Saham Indonesia

Berlandaskan studi kasus yang telah dilakukan, implikasi penerapan SSF yang mungkin terjadi adalah:

  • Peningkatan Likuiditas: SSF dapat meningkatkan likuiditas pasar saham dengan memungkinkan investor untuk bertransaksi tanpa harus memiliki saham pada harga spot
  • Hedging Risiko: SSF memberikan alat bagi investor untuk melakukan hedging atau lindung nilai terhadap risiko pasar.
  • Penurunan Volatilitas: Dengan SSF, pergerakan harga saham dapat menjadi lebih stabil karena adanya likuiditas dan alternatif instrumen yang lebih banyak dari biasanya
  • Potensi Manipulasi Harga: Risiko manipulasi harga saham dapat meningkat jika pasar tidak diatur dengan baik, mengingat penggunaan leverage dalam SSF.
  • Kebutuhan Regulasi: Regulasi ketat dan sistem pengawasan yang canggih diperlukan untuk mencegah manipulasi harga dan menjaga integritas pasar.

Rekomendasi bagi Investor dan Regulator

Bagi Investor:

  • Investor harus memahami risiko penggunaan leverage dalam SSF dan transaksi saham secara keseluruhan. Meskipun leverage dapat meningkatkan potensi keuntungan, leverage juga memperbesar potensi kerugian. Oleh karena itu, disarankan bagi investor untuk melakukan manajemen risiko yang baik dan mempertimbangkan penggunaan SSF sebagai bagian dari strategi hedging dan bukan semata-mata untuk spekulasi.
  • Investor ritel juga perlu mendapatkan edukasi yang memadai mengenai instrumen ini, terutama dalam hal bagaimana SSF dapat mempengaruhi volatilitas dan likuiditas saham yang mendasarinya. Investor ritel perlu mengerti bahwa risiko margin call tidak dapat hilang, apalagi jika terjadi manipulasi harga.

Bagi Regulator:

  • BEI bersama dengan OJK harus mengimplementasikan aturan yang ketat untuk mencegah manipulasi pasar. Termasuk dalam menggunakan teknologi pengawasan pintar untuk mendeteksi pola perdagangan yang mencurigakan.
  • Regulator juga perlu memastikan bahwa likuiditas yang dihasilkan oleh SSF tidak dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk melakukan manipulasi harga. Hal ini bisa dilakukan dengan menetapkan batasan leverage yang wajar dan mengawasi secara ketat interaksi antara pasar spot dan futures.

Secara keseluruhan, penerapan SSF di Indonesia dapat membawa manfaat bagi efisiensi dan likuiditas pasar, namun diperlukan pengawasan yang ketat untuk menjaga integritas pasar dan melindungi investor dari risiko manipulasi​.

Referensi:

Curran, E., & Mollica, V. (2020). Single stock futures and their impact on market quality: Be careful what you wish for. SSRN. https://ssrn.com/abstract=3683346

Gratton, P. (2024, March 22). Single stock futures: Definition, uses, and how they work. Investopedia. Retrieved August 26, 2024, from https://www.investopedia.com/articles/optioninvestor/06/singlestockfutures.asp

Khan, S. U., & Hijazi, S. T. (2009). Single stock futures trading and stock price volatility: Empirical analysis. The Pakistan Development Review, 48(4), 553–563. http://www.jstor.org/stable/41261333

PT Bursa Efek Indonesia. (n.d.). Derivatif keuangan. IDX. Retrieved August 26, 2024, from https://www.idx.co.id/id/produk/derivatif

Written by:

Research and Development Division

Danken Tanaka

danken.tanaka@ui.ac.id

Rafi Nurahmat Jannata

rafi.nurahmat31@ui.ac.id

Jonathan Adrian

jonathan.adrian@ui.ac.id

Published by:

Operation and Infrastructure Division

Nadhifa Raihani

nadhifa.raihani@ui.ac.id