Published on December 9th, 2024
Transformasi Industri Pertambangan: Studi Kasus Akuisisi Petrosea oleh Petrindo
Apa itu Akuisisi?
Akuisisi perusahaan merupakan salah satu strategi bisnis utama yang digunakan untuk mempercepat pertumbuhan, memperluas pangsa pasar, atau mengamankan sumber daya tertentu (OCBC, 2021) . Proses ini melampaui pertimbangan finansial dan mencakup integrasi budaya, teknologi, dan operasional. Sering kali, akuisisi bertujuan untuk meningkatkan posisi kompetitif, menyingkirkan pesaing pasar, atau mengoptimalkan rantai pasokan (Zulkarnaen et al, 2012). Dalam industri seperti teknologi dan pertambangan, akuisisi sangat menguntungkan, menyediakan akses ke teknologi inovatif atau sumber daya yang langka dan berharga (Deloitte Insights, 2021).
Tujuan dan Jenis Akuisisi dalam Industri Pertambangan
Menurut EY pada tahun 2022 dalam industri pertambangan, akuisisi sering kali berfungsi sebagai alat strategis untuk mencapai beberapa tujuan, diantaranya:
- Akses ke Cadangan Sumber Daya
Akuisisi memungkinkan perusahaan untuk mengendalikan lokasi pertambangan dengan cadangan yang melimpah tanpa perlu upaya eksplorasi awal.
2. Ekspansi Geografis
Dengan mengakuisisi perusahaan yang beroperasi di wilayah baru, bisnis dapat memperluas jangkauan mereka ke wilayah yang secara ekonomi menjanjikan.
3. Diversifikasi Risiko
Memiliki tambang dengan berbagai komoditas (seperti emas, batu bara, atau nikel) membantu mengurangi ketergantungan pada satu sumber daya, sehingga mengurangi risiko.
4. Pengurangan Persaingan
Akuisisi dapat membantu mengkonsolidasikan industri yang terfragmentasi atau mengurangi jumlah pesaing di pasar.
5. Efisiensi Teknologi dan Operasional
Akuisisi perusahaan dengan teknologi pertambangan canggih dapat menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang lebih baik.
Kemudian, menurut PWC pada tahun 2020 jenis akuisisi di sektor pertambangan terbagi dalam empat jenis, yaitu :
- Akuisisi Strategis
Akuisisi yang didorong oleh keselarasan antara tujuan jangka panjang pengakuisisi dan kekuatan operasional perusahaan target.
2. Akuisisi Horizontal
Mengakuisisi pesaing dalam sektor yang sama untuk meningkatkan dominasi pasar
3. Akuisisi Vertikal
Mengakuisisi entitas dalam rantai pasokan, seperti perusahaan pemrosesan atau distribusi.
4. Akuisisi Finansial
Investor atau perusahaan ekuitas yang mengakuisisi perusahaan terutama untuk mendapatkan keuntungan aset.
Pada artikel ini, kami akan membahas mengenai akuisisi besar yang dilakukan oleh PT Kreasi Jasa Persada terhadap salah satu perusahaan terbesar yang bergerak di bidang jasa pertambangan di Indonesia, yaitu PT Petrosea Tbk. Kita akan melihat secara komprehensif alasan, tujuan, dan dampak yang mungkin terjadi kepada PTRO setelah diakuisisi. Apakah akuisisi ini akan membawa dampak yang baik dan memberikan prospek yang cerah kepada perusahaan? Simak terus pembahasan selanjutnya.
Studi Kasus: Akuisisi Petrosea oleh Petrindo
Latar Belakang Perusahaan PT Petrosea Tbk
PT Petrosea Tbk adalah perusahaan yang bergerak di sektor kontrak pertambangan, EPC (Engineering, Procurement, and Construction), serta jasa minyak dan gas bumi, yang didirikan pada tahun 1972 di Jakarta dengan nama PT Petro-Sea International Indonesia. PT Petrosea Tbk melantai di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1990, dengan kode perdagangan PTRO. Kemudian, pada tahun 2009, PT Petrosea Tbk diakuisisi oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan kepemilikan mencapai 98.55% dari jumlah saham beredar, namun pada bulan Februari tahun 2012, guna mematuhi peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka PT Indika Energy Tbk menjual 28.75% saham PT. Petrosea Tbk kepada masyarakat. Aksi ini membuat kepemilikan PT Indika Energy Tbk menjadi 69.80%. Pada tahun 2019, Petrosea menjadi satu-satunya perusahaan tambang nasional di Indonesia yang masuk ke dalam Global Lighthouse Network, sebuah wadah bagi perusahaan yang menerapkan teknologi Industri 4.0 dengan baik. Selanjutnya, pada tahun 2022, PT Petrosea Tbk diakuisisi oleh PT Caraka Reksa Optima, perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang asuransi dan keuangan. Namun, di tahun yang sama, PT Caraka Reksa Optima melakukan penawaran tender wajib yang bertujuan untuk memenuhi peraturan OJK, sehingga terhitung dari tanggal 3 Oktober 2022, jumlah kepemilikan saham PT Petrosea Tbk oleh PT Caraka Reksa Optima menjadi 89.80%, dan publik 10.20%.
Dengan pengalaman lebih dari 52 tahun, Petrosea telah mengembangkan berbagai bidang usaha utama dalam operasional bisnisnya, terutama melalui pemberian jasa dalam bidang konstruksi, pertambangan dan penggalian, transportasi dan pergudangan, aktivitas profesional dan teknis, penyewaan dan sewa guna usaha, ketenagakerjaan, serta pendidikan. Kedelapan usaha utama ini dikelompokkan ke dalam tiga lini bisnis operasional: kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC), layanan logistik, dan dukungan untuk minyak dan gas bumi.
Wilayah operasional Petrosea tersebar di seluruh Indonesia. Dalam bidang jasa pertambangan, Petrosea saat ini beroperasi di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Barat. Beberapa klien Petrosea dalam jasa pertambangan yaitu PT Kartika Selabumi Mining dan PT Sumberdaya Arindo. Sebagian besar proyek EPC berlokasi di Papua Tengah, dan yang lainnya tersebar di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Salah satu klien dalam bidang ini adalah PT Freeport Indonesia. Layanan logistik dan dukungan Petrosea untuk sektor minyak dan gas bumi berfokus di Papua Barat Daya, dengan kontrak untuk tiga klien yang dijadwalkan berakhir pada tahun 2024.
PT Petrindo Jaya Kreasi dan Ambisinya memperluas Portofolio di Sektor Energi
Didirikan pada tahun 2008, PT Petrindo Jaya Kreasi (PJK) adalah perusahaan holding yang berfokus pada usaha pertambangan batubara termal kalori tinggi. Melalui anak usahanya, PT Tamtama Perkasa (TP), PT Petrindo Jaya Kreasi mampu menghasilkan 1.000.000 ton batubara termal berkalori tinggi dalam setahun. Batubara ini kemudian digunakan menjadi sumber energi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Namun, saat ini PT Petrindo Jaya Kreasi juga tengah melakukan pengembangan dan persiapan penambangan batubara metalurgi, pasir silika, emas, dan akan menambah perusahaan untuk menambang batubara termal. PT Daya Bumindo Karunia (DBK) adalah anak perusahaan yang akan menambang batubara metalurgi. Penambangan emas dengan luas wilayah tambang 18.500 Ha akan dioperasikan oleh PT Intam, dan PT Bara International (BI) akan menambang batubara termal. Baik PT DBK, PT Intam dan PT BI masih dalam tahap pengembangan dan belum beroperasi hingga saat ini (14 November 2024).
Bersama dengan TP, PT Petrindo Jaya Kreasi mendirikan anak usaha bernama PT Kreasi Jasa Persada (KJP) pada tanggal 4 Agustus 2023. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar, PT KJP bergerak di bidang usaha penunjang pertambangan dan penggalian lainnya. Pada tanggal 7 November 2023, PT KJP dan PT Caraka Reksa Optima (CRO) menandatangani perjanjian pengambilalihan kepemilikan PT Petrosea sebanyak 34% dari PT CRO kepada PT KJP, dengan harga pembelian saham sebesar Rp 940.000.000.000, atau setara dengan 342.925.700 saham. Pengambilalihan saham ini sudah selesai pada tanggal 19 Februari 2024. PT KJP kemudian menambah kepemilikan sahamnya di PT Petrindo sebanyak 75.836.700 saham atau setara dengan 7.51% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. Pembelian saham ini
merupakan hasil divestasi dari PT CRO. Pembelian ini membuat PT Petrindo Jaya Kreasi secara tidak langsung memiliki 41.51% saham PT Petrindo.
Dengan mengakuisisi PT Petrosea, PT Petrindo Jaya Kreasi memperkuat posisinya di industri tambang batubara, emas, nikel, dan gas. PT PJK berencana mengintegrasikan tambang yang dimilikinya dengan jasa kontraktor pertambangan yang disediakan PT Petrosea, sehingga kinerja operasional Grup menjadi lebih efisien dan efektif. Upaya integrasi ini sejalan dengan rencana jangka panjang grup PT PJK untuk menjadi perusahaan pertambangan dan jasa pertambangan yang terintegrasi.
Alasan Strategis Akuisisi
Akuisisi Petrosea oleh Petrindo sejalan dengan rencana jangka panjang Petrindo sebagai perusahaan pertambangan dan jasa pertambangan yang terintegrasi, dimana nantinya anak usaha Petrindo yang memiliki IUP (Izin Usaha Pertambangan) menggunakan jasa pertambangan yang disediakan oleh Petrosea untuk mengoperasikan tambang dan /atau membangun infrastruktur pertambangan, yang pada akhirnya akan Integrasi antara Petrindo dan Petrosea diharapkan mampu meningkatkan kinerja operasional menjadi lebih efisien dan efektif. Alasan lainnya yaitu untuk memperluas jaringan usaha, menambah aset KJP dan Petrindo, dan memperkuat portofolio bisnis Petrindo di sektor pertambangan batubara, emas, nikel, gas, dan infrastruktur.
Pengambilalihan Petrosea kepada Petrindo tentu membawa beberapa manfaat; yaitu jaringan dan mitra usaha Petrindo menjadi lebih luas, Petrindo akan mendapatkan pendapatan tambahan berupa dividen dari Petrosea, akses terhadap tenaga ahli di bidang jasa pertambangan yang dimiliki oleh Petrosea, dan tercapainya target Petrindo menjadi perusahaan pertambangan dan jasa pertambangan yang terintegrasi.
Ekspektasi Petrindo dalam mengoptimalkan Infrastruktur dan Kehadirannya dalam Industri Strategi Petrindo terhadap kontrol penuh yang dimilikinya atas Petrosea yaitu untuk menguatkan lini bisnis PTRO yang ada saat ini dengan meningkatkan value creation dengan klien yang sudah
ada dan klien baru, kemudian Petrindo juga berencana untuk mendiversifikasi portofolio proyek PTRO ke sektor pertambangan mineral lain dan menangkap peluang usaha lain di sektor minyak, gas bumi, dan infrastruktur, seiring dengan perkembangan industri yang ada. Sebagai bagian dari Grup Petrindo, Petrosea diharapkan memperkuat budaya keselamatan dan kesehatan melalui penerapan target zero accident dan operational excellence serta menjalankan berbagai program inisiatif ESG.
Gambaran mengenai langkah-langkah dan Proses Akuisisi
Berdasarkan PSAK Nomor 2 Paragraf 08 tahun 1999, akuisisi suatu perusahaan adalah sebuah kegiatan penggabungan usaha yang dilakukan oleh satu perusahaan sebagai pengakuisisi yang memperoleh kendali atas kekayaan bersih atau operasional perusahaan yang diakuisisi. Dilihat dari bentuknya, akuisisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Gunawan, 2002); Akuisisi horizontal dilakukan oleh suatu perusahaan dengan mengakuisisi kompetitor dan akuisisi vertikal dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengambil alih perusahaan yang masih dalam satu rantai produksi, seperti supplier, Akuisisi internal dilakukan antar perusahaan yang bergabung dalam satu grup, dan akuisisi eksternal dilakukan oleh satu perusahaan terhadap perusahaan lain yang bukan satu grup. Dilihat dari prosesnya, pada dasarnya akuisisi merupakan pemindahan status kepemilikan saham kepada perusahaan pengakuisisi dari perusahaan terakuisisi. Namun, perusahaan pengakuisisi harus melakukan pertimbangan terhadap beberapa faktor internal dan eksternal, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakuisisi sebuah perusahaan. Beberapa tantangan yang akan muncul dari akuisisi adalah (Nabbal, Afifah, Panggiarti, 2023:293): Perbedaan budaya perusahaan dan tujuan, ketidakcocokan bisnis, dan kekurangan pemasok. Langkah – langkah dalam proses akuisisi dibagi menjadi empat, yaitu: Perusahaan pengakuisisi terlebih dahulu menentukan perusahaan sasaran akuisisi, kemudian perusahaan pengakuisisi melakukan identifikasi terhadap calon perusahaan yang berpotensi diambil alih, Perusahaan pengakuisisi harus membatasi jumlah calon perusahaan yang akan diakuisisi, dan tahap terakhir adalah perusahaan pengakuisisi dapat menghubungi pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi. (Febrina 2014) dalam (Nabbal, Afifah, Panggiarti: 2023).
Pada tanggal 15 Februari 2024, PT. Petrindo Jaya Kreasi, PT Mareta Persada dan PT Kreasi Jasa Persada menandatangani fasilitas perjanjian kredit dengan PT Bank Negara Indonesia dengan plafon perjanjian kredit mencapai Rp 1.350.000.000.000. Dalam perjanjian tersebut, PT Petrindo Jaya Kreasi bisa menggunakan dana untuk memenuhi tujuan umum Perusahaan, termasuk mengakuisisi perusahaan terbuka. Adapun tingkat suku bunga yang dikenakan berdasarkan perjanjian kredit dengan BNI adalah sebesar JIBOR 3 bulan + 1.75% per tahun. Melalui Perjanjian Kredit ini, PT Petrindo Jaya Kreasi mengakuisisi 34% saham PT Petrosea Tbk senilai Rp 940.000.000.000.
Berdasarkan PPJB (Perjanjian Pengikatan Jual Beli) yang ditandatangani oleh PT. Petrindo Jaya Kreasi dan PT Caraka Reksa Optima pada tanggal 7 November 2023, uang muka yang dibayarkan KJP untuk pembelian 34.00% saham PTRO milik CRO adalah sebesar Rp 471.875.000.000. Uang muka sebesar Rp 471.875.000.000 sudah terealisasi sebagai investasi pada tanggal 16 Februari 2024
Analisis tentang bagaimana Petrindo melakukan due diligence untuk mengidentifikasi nilai strategis dan potensi sinergi dengan Petrosea.
Untuk melakukan due diligence terhadap PT. Petrosea, Petrindo melalui anak usahanya, PT. Kreasi Jasa Persada menganalisa laporan keuangan PT. Petrosea, PT. POSB infrastructure Indonesia, PT Mahaka Industri Perdana, PT Kinarya Bangun Sesama, PT Karya Bhumi Lestari, PT Kuala Pelabuhan Indonesia, dan PT Cristian Eka Pratama. Penilaian terhadap PTRO didasarkan pada dua pendekatan yang berbeda, yaitu analisis internal dan analisis eksternal. Analisis internal didasarkan pada data yang disediakan oleh manajemen, analisis historis atas laporan posisi keuangan, dan laporan laba rugi komprehensif PTRO, PII, MIP, KBS, KBL, KPI, dan CEP. Analisis eksternal didasarkan pada faktor-faktor lain yang memengaruhi prospek industri dari perusahaan terkait. Adapun metode penilaian yang dilakukan adalah: Metode arus kas diskonto, metode penyesuaian aset bersih (adjusted net asset method), dan metode pembanding perusahaan tercatat di bursa efek (guideline publicly traded company method).
Metode arus kas diskonto (discounted cash flow) dipilih karena kegiatan usaha PTRO masih berfluktuasi di masa depan. Arus kas yang dihasilkan berdasarkan metode ini kemudian dikonversi menjadi nilai saat ini dengan tingkat diskonto sesuai dengan tingkat risiko. Dalam melakukan penilaian dengan metode penyesuaian aset bersih, semua komponen aset dan liabilitas disesuaikan menjadi nilai nilai pasarnya. Nilai pasar keseluruhan kemudian dipadatkan dengan cara mengurangi total nilai pasar seluruh aset dan nilai pasar liabilitas. Metode pembanding dengan perusahaan tercatat di bursa efek digunakan sebagai perbandingan atas nilai saham yang dimiliki PTRO, PII, MIP, KBS, KBL, KPI, dan CEP.
Berdasarkan metode penilaian di atas, analisis dalam penilaian 34.00% saham PTRO adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis atas seluruh data dan informasi yang telah KJPP terima menggunakan metode penilaian arus kas diskonto, pembanding perusahaan tercatat di Bursa Efek, dan Penyesuaian aset bersih, maka nilai pasar Objek Penilaian pada tanggal 30 September 2023 adalah sebesar USD 63,12 juta.
Dampak Akuisisi terhadap Petrosea dan Industri Pertambangan Indonesia
Akuisisi PT Kreasi Jasa Persada, anak usaha dari Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) terhadap PT Petrosea Tbk. (PTRO) tentunya membawa dampak bagi perusahaan sendiri dan industri pertambangan di Indonesia. Pertama, dampak langsung pada Petrosea mencakup perubahan struktur kepemilikan saham dan pemilik manfaat. Prajogo Pangestu menjadi pemegang saham utama dan pengendali dengan porsi kepemilikan 34% melalui PT Kreasi Jasa Persada.
Selain itu, terdapat perubahan struktur manajemen, di mana 3 orang kepercayaan Prajogo Pangestu masuk dalam jajaran komisaris dan direksi PTRO pada RUPSLB yang dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2023. Mereka adalah Erwin Ciputra sebagai komisaris, Michael sebagai presiden direktur, dan Kartika Hendrawan sebagai direktur. Sebagai informasi, Erwin Ciputra merupakan komisaris utama PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN), sedangkan Michael merupakan direktur utama CUAN. Meinar Kusumastuti dan Iman Darus Hikhman juga turut meramaikan susunan direksi sebagai direktur.
Gambar 3.1: Struktur Kepemilikan Saham PTRO Sebelum & Sesudah Akuisisi Sumber: PT Petrosea Tbk. Annual Report 2023
Pada kebijakan jangka panjang, KJP telah merancang 5 strategi terkait pengembangan PTRO. Pertama, meningkatkan value creation dengan klien untuk menguatkan lini bisnis PTRO. Kedua, melakukan diversifikasi pada portofolio proyek PTRO ke sektor pertambangan mineral lain dan melebarkan sayap ke peluang usaha seperti di sektor minyak, gas bumi, dan infrastruktur. Ketiga,
meningkatkan efisiensi dalam memberikan value added bagi klien. Keempat, melanjutkan transformasi dalam meningkatkan kompetensi dan manajemen sumber daya manusia. Kelima, memperketat budaya keselamatan kerja dan kesehatan dalam operasional.
Masuk ke ekosistem Grup Barito, terdapat potensi besar untuk peningkatan kapabilitas PTRO dalam mengerjakan proyek-proyek baru. Pasca akuisisi, PTRO telah mendapatkan tambahan kontrak dalam sektor pertambangan dan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) senilai USD1,8 miliar atau sekitar Rp28,38 triliun. Selain dapat berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan, akuisisi dapat memulihkan laba melalui leverage operasional yang didukung oleh sinergi dengan anak usaha CUAN lainnya, yakni perusahaan-perusahaan di sektor pertambangan mineral dan energi. Ekosistem ini sangat menguntungkan PTRO sebagai penyedia jasa kontrak pertambangan, teknik, pengadaan, & konstruksi.
CUAN juga tampaknya sangat optimis dengan potensi pengembangan PTRO, dibuktikan melalui penambahan kepemilikannya terhadap PTRO melalui tender offer sehingga saat ini CUAN memiliki 418.762.400 saham PTRO, atau sekitar 41,5%. Dengan alokasi modal tambahan, di masa depan PTRO dapat lebih agresif melakukan investasi dalam peralatan dan teknologi, melakukan ekspansi kapasitas produksi, dan melakukan diversifikasi layanan.
Akuisisi PTRO oleh CUAN mencerminkan tren konsolidasi yang semakin dominan di sektor tambang dan infrastruktur di Indonesia. Perusahaan tambang sebagai perusahaan oligopoli tentunya akan terus meningkatkan persaingan. Akuisisi yang merupakan salah satu upaya membentuk artificial barriers to entry menjadi salah satu pilihan yang cukup efektif. Dengan integrasi secara vertikal dan adanya kontrak-kontrak eksklusif, posisi PTRO di sektor tambang & EPC juga akan menguat, sehingga memicu perusahaan tambang lainnya untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi.
Grup Barito merupakan salah satu pelaku industri yang sangat memprioritaskan ESG. Memiliki anak usaha seperti Barito Renewables (BREN) dan Star Energy Geothermal Pte Ltd, grup Barito cukup fokus dalam menjaga keberlanjutan. Akuisisi ini dapat menjadi katalisator untuk meningkatkan standar industri dan penerapan ESG, terutama dari sisi penggunaan teknologi ramah lingkungan, efisiensi energi, dan integrasi keberlanjutan dalam operasional perusahaan-perusahaan tersebut.
Analisis Keuntungan dan Tantangan Akuisisi
Dalam jurnal Gaughan (2007:117-154), akuisisi merupakan strategi bisnis yang dapat meningkatkan pertumbuhan, sinergi, diversifikasi, dan integrasi. Pertumbuhan berarti dengan mengakuisisi perusahaan dengan sumber daya strategis seperti Petrosea, Petrindo dapat tumbuh lebih cepat, meski tetap tidak terlepas dari risiko ketidakpastian. Kemudian, sinergi berarti adanya penggabungan sumber daya antara Petrindo dan Petrosea sehingga pendapatan semakin optimal dan biaya operasional semakin berkurang. Selanjutnya, manfaat yang didapat adalah diversifikasi yang dapat meningkatkan posisi perusahaan serta dapat memasuki sektor baru yang lebih menguntungkan. Terakhir, integrasi yang berarti penggabungan, baik secara horizontal (sesama sektor industri) maupun vertikal (memasukkan rantai pasokan atau distribusi) dapat memperkuat keunggulan kompetitif.
Akuisisi memang memiliki banyak keuntungan potensial yang dapat dirasakan oleh kedua perusahaan, seperti memperluas pasar dan diversifikasi portofolio sehingga dapat mengurangi risiko volatilitas pasar dan regulasi yang berubah (Boafo, J., 2024). Akuisisi juga membuka akses ke sumber daya dan kemampuan baru yang dapat menghasilkan peningkatan demand. Pada gambar di bawah, terlihat wilayah operasional dari PT Petrosea Tbk.
Gambar 4.1: Wilayah Operasional PTRO Sumber: PT Petrosea Tbk. Annual Report 2023
Pada gambar 4.1 di atas terlihat wilayah operasional Petrosea yang melingkupi hampir seluruh Indonesia. Melalui akuisisi, Petrindo memiliki akses baru ke sumber daya alam yang lebih banyak seluas area yang menjadi wilayah operasional Petrosea. Dengan mengintegrasikan wilayah operasi yang baru, perusahaan berpotensi meningkatkan daya saing hingga mengurangi biaya, serta memungkinkan perusahaan induk, yakni Petrindo, untuk mengelola sumber daya yang lebih strategis di berbagai lokasi.
Selain itu, PT Petrosea Tbk. mendapatkan penghargaan untuk kategori “Driving Sustainability through Harnessing the Power of Technology” di ajang 10th SAP Innovation Awards 2023 yang diadakan oleh SAP. Hal ini menunjukkan bahwa Petrosea unggul dalam menggunakan teknologi dengan cara yang inovatif demi mendukung keberlanjutan. Dengan demikian, melalui akuisisi Petrosea, terjadi integrasi teknologi baru yang inovatif bagi kedua perusahaan, terutama bagi induk perusahaan, yakni Petrindo.
Meski demikian, akuisisi tidak terlepas dari tantangan yang menghadang. Terdapat kompleksitas dalam proses pengintegrasian antara kedua perusahaan. Kompleksitas ini melibatkan baik secara prosedur, fisikal, manajerial, dan tantangan sosiokultural yang harus ditangani dengan hati-hati mengingat besarnya keuntungan yang akan didapat jika proses akuisisi berjalan dengan lancar.
Masing-masing perusahaan memiliki core values yang telah lama mengakar dalam kebudayaan perusahaan yang telah berdiri selama bertahun-tahun sehingga tidak mudah ketika ada nilai yang bertentangan satu sama lain. Menurut annual report tahun 2023 dari Petrosea, dapat diketahui bahwa mereka memiliki core values “ACTION”, yang berkepanjangan:
- Agile: Beradaptasi terhadap perubahan.
- Connected: Mengikuti perkembangan industri, teknologi, dan manusia.
- Trusted: Memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan dengan menunjukkan komitmen tinggi terhadap etika dan perilaku bisnis.
- Innovative: Terus memperbaiki diri tanpa batasan.
- Open minded: Mendengarkan dan menerima ide-ide baru.
- Nurturing: Peduli terhadap keselamatan, kesehatan, lingkungan, dan masyarakat.
Hal ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan corporate value dari Petrindo yang dimuat dalam annual report 2023, yang berisi:
- Excellence: Kami menempatkan seluruh jiwa kami ke dalam pekerjaan kami dan bercita-cita untuk berbuat lebih banyak dan komitmen untuk memberikan yang terbaik.
- Persistence: Kami berusaha untuk melakukan yang terbaik terlepas dari semua rintangan dan kesulitan yang mungkin datang.
- Quality: Kami berusaha keras untuk memberikan layanan dan barang berkualitas tinggi yang memuaskan pelanggan.
- Sustainability: Kami berusaha keras untuk menyediakan produk yang andal dengan dampak lingkungan minimal dan menjadi bagian yang berkontribusi dalam pengembangan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan pertumbuhan yang berkelanjutan.
- Teamwork: Untuk mencapai hasil yang diinginkan, kami berkolaborasi dengan orang lain dengan memanfaatkan kekuatan khusus setiap anggota tim untuk menyelesaikan tugas dengan cara yang paling efektif dan efisien.
Tidak semua poin memiliki makna yang sama, namun setiap poin yang ada di satu perusahaan akan berkaitan dengan perusahaan lain. Tantangannya adalah cara agar kedua core value perusahaan tetap terjaga dan tidak saling berbenturan. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menyelaraskan nilai inti (Core Value Alignment) di mana perusahaan fokus pada nilai yang serupa, misalnya poin keberlanjutan dan kualitas, kemudian menentukan value yang berbeda dengan tujuan dapat diintegrasikan dan diprioritaskan untuk menyelaraskan visi. Tidak hanya berhenti sampai di sana, penting pula untuk melakukan sosialisasi kepada karyawan, misalnya dengan program pelatihan karyawan agar memahami budaya perusahaan yang baru.
Tantangan lainnya dari akuisisi adalah dibutuhkannya investasi modal yang besar, sedangkan terdapat risiko keuangan yang tinggi, terutama karena merupakan sektor komoditas yang bersifat fluktuatif. Harga komoditas yang fluktuatif dapat memengaruhi kinerja pasca-akuisisi dan keputusan yang diambil oleh kedua perusahaan. Menurut De Donno (2024), perusahaan pertambangan cenderung enggan untuk berinvestasi karena potensi ancaman terhadap dinamika supply-demand karena dikhawatirkan kepercayaan investor rendah, biaya tinggi, dan proses perizinan yang berjalan lambat. Setelah adanya akuisisi, tantangan perusahaan bertambah sehingga perusahaan harus mempertahankan untuk menghindari hanya mengambil satu komoditas, melainkan melakukan diversifikasi untuk mengurangi volatilitas harga komoditas serta mengikuti perkembangan teknologi prediktif untuk memahami tren pasar dan memproyeksikan harga komoditas sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih baik.
Tantangan lainnya juga dapat datang dari pihak lain, seperti perubahan regulasi pemerintah dan dari komunitas lingkungan dan sosial yang memprotes anti-mining. Untuk itu, penting bagi kedua perusahaan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai yang menjaga situasi yang mensejahterakan perusahaan, komunitas lokal, serta pemerintah (Lane, W. 2006).
Ringkasan mengenai Akuisisi terhadap Petrosea
Akuisisi Petrosea oleh Petrindo merupakan langkah strategis yang signifikan dalam sektor pertambangan Indonesia. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi penting dari akuisisi ini yang meliputi:
1. Manfaat Strategis bagi Petrosea dan Petrindo:
- Efisiensi Operasional: Integrasi Petrosea ke dalam ekosistem Petrindo memungkinkan pengelolaan tambang dan layanan pertambangan menjadi lebih efisien, baik dari segi biaya maupun wilayah dan waktu operasional.
- Diversifikasi Portofolio: Petrosea menambah kemampuan Petrindo untuk menangani berbagai proyek di sektor batubara, emas, nikel, serta gas, dan hal ini mendukung upaya diversifikasi sumber pendapatan dari grup Petrindo.
- Peningkatan Akses Sumber Daya: Melalui akuisisi ini, Petrindo mendapatkan akses langsung ke wilayah operasional client Petrosea yang tersebar luas di seluruh Indonesia, dan meningkatkan daya saingnya di sektor pertambangan.
2. Dampak pada Industri:
- Konsolidasi Pasar: Akuisisi ini mencerminkan tren konsolidasi dalam sektor tambang, yang memungkinkan terciptanya pemain besar dengan daya saing global dan efisiensi lebih tinggi.
- Peningkatan Standar ESG: Petrosea, dengan fokus pada teknologi ramah lingkungan, berkontribusi dalam meningkatkan standar keberlanjutan operasional, mendukung komitmen grup Petrindo terhadap ESG.
3. Risiko dan Tantangan:
- Kompleksitas Integrasi: Perbedaan budaya perusahaan antara Petrosea dan Petrindo menjadi tantangan besar yang memerlukan penyelarasan nilai inti dan strategi komunikasi efektif.
- Volatilitas Komoditas: Ketergantungan pada harga komoditas global menjadi tantangan utama yang perlu diantisipasi melalui diversifikasi pendapatan dan penerapan teknologi prediktif.
Rekomendasi untuk Manajemen
- Optimalisasi Sinergi: Fokus pada pengembangan sinergi antara Petrosea dan Petrindo dengan mengintegrasikan sistem operasional, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan nilai tambah bagi klien melalui diversifikasi proyek.
- Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia: Mengadakan pelatihan lintas budaya untuk mempercepat integrasi karyawan dan memastikan implementasi strategi perusahaan berjalan lancar.
- Manajemen Risiko: Meningkatkan analisis risiko untuk mengantisipasi fluktuasi harga komoditas dan merespon perubahan regulasi dengan cepat.
Akuisisi Petrosea oleh Petrindo tidak hanya membawa dampak positif bagi kedua perusahaan tetapi juga menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan daya saing industri pertambangan Indonesia di tingkat global.
Referensi:
Boafo, J., Obodai, J., Stemn, E., & Nkrumah, P. N. (2024). The race for critical minerals in Africa: A blessing or another resource curse? Resources Policy, 93, 105046. https://doi.org/10.1016/j.resourpol.2024.105046
Helmalia. (2016). Analisis strategi akuisisi dan restrukturisasi dalam bisnis perusahaan.
Al Masraf (Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan), 1-16.
Lane, W. (2006). The challenges of prosperity: Buoyant metals prices do not come without problems. Engineering and Mining Journal, 26-29. https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-33751009383&partnerID=40&md5=528 581be3be182c8dc2f3e3d3f93cef1
Quayes, S. (2008). The impact of capital gains tax exemption on housing sales. Applied Economics Letters, 17(3), 213-216. https://doi.org/10.1080/13504850701720205
De Donno, M. G. (2024). Metals for the energy transition: Exploring opportunities amidst supply-demand imbalance. SPE Europe Energy Conference and Exhibition. https://doi.org/10.2118/219988-ms
Disclosure to PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk’s shareholders regarding the planned acquisition of PT Petrosea Tbk shares by PT Kreasi Jasa Persada, classified as a material transaction under OJK Regulation No. 17/POJK.04/2020 on Material Transactions and Changes in Business Activities.
Bisnis.com. (2023, December 4). Petrosea (PTRO) ubah susunan komisaris-direksi, orang kepercayaan Prajogo Pangestu masuk. Bisnis.com. Retrieved from https://market.bisnis.com/read/20231204/192/1720697/petrosea-ptro-ubah-susunan-komisaris-di reksi-orang-kepercayaan-prajogo-pangestu-masuk
CNBC Indonesia. (2024, June 11). Tambah saham Petrosea (PTRO), emiten Prajogo “cuan” borong Rp208 M. CNBC Indonesia. Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com/market/20240611143625-17-545690/tambah-saham-petrosea–pt ro–emiten-prajogo–cuan–borong-rp208-m
Kontan.co.id. (n.d.). Petrosea (PTRO) umumkan perubahan pemegang saham. Kontan.co.id. Retrieved from https://investasi.kontan.co.id/news/petrosea-ptro-umumkan-perubahan-pemegang-saham
Kontan.co.id. (n.d.). PTRO terbitkan obligasi dan sukuk Rp1,5 triliun, begini dampaknya. Kontan.co.id. Retrieved from https://investasi.kontan.co.id/news/ptro-terbitkan-obligasi-dan-sukuk-rp-15-triliun-begini-dampa knya
OCBC NISP. (2021, August 30). Akuisisi adalah: Definisi, tujuan, hingga jenisnya.
OCBC NISP. Retrieved from https://www.ocbc.id/id/article/2021/08/30/akuisisi-adalah
China Galaxy Securities. (2024, June 11). Kreasi Jaya Persada tambah kepemilikan saham Petrosea (PTRO). Retrieved from https://itrade.cgsi.co.id/kreasi-jaya-persada-tambah-kepemilikan-saham-petrosea-ptro
Annual Report PT Petrindo Jaya Kreasi. (2023). Financial Statement PT Petrindo Jaya Kreasi. (2Q24).
Zulkarnaen, W. F., & Pramono, N. (2012). Analisis yuridis akuisisi pada perusahaan pertambangan dalam rangka pelaksanaan investasi di era globalisasi (Master’s thesis). Universitas Gadjah Mada.
Deloitte Insights. (2021). M&A in mining: Opportunities for strategic growth. Retrieved
Fromhttps://www.bing.com/search?q=M%26A+in+mining%3A+Opportunities+for+strategic+growt h.&cvid=bfcc03206c59439eb1472e40db1f0c0c&gs_lcrp=EgRlZGdlKgYIABBFGDkyBggAEEU YOdIBBzQzMmowajSoAgSwAgE&FORM=ANAB01&PC=NMTS
EY Global. (2022). How mergers and acquisitions shape the future of mining. Retrieved
From https://www.ey.com/en_id/newsroom/2022/09/m-and-a-activity-remains-resilient-in-2022-but-fur ther-shocks-could-derail-outlook
PWC. (2020). Mining deals: Trends in mergers and acquisitions. Retrieved from https://www.bing.com/searchq=Mining+deals%3A+Trends+in+mergers+and+acquisitions.+pwc&qs=n&form=QBRE&sp=-1&ghc=1&lq=0&pq=mining+deals%3A+trends+in+mergers+a nd+acquisitions.+pw&sc=1052&sk=&cvid=846A13E81A494EC9A9A63F819C2C4EA2&ghsh=0&ghacc=0&ghpl=
Written by:
Investment Studies Division
Helsy Amelia
Stella Maria Lipri
William Philip Karnadi
Satya Damba Pramudita
Published by:
Operation and Infrastructure Division
Azzam Alfatih
Faiq Muawwal