Published on May 29 2023
Advancing the Nickel Industry: Paving the Way for a Promising Future in Indonesia’s Battery Minerals
Pendahuluan
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah salah satunya adalah nikel. Nikel dikenal sebagai salah satu logam yang digunakan dalam pembuatan batu baterai. Penelitian menunjukkan bahwa batu baterai yang terbuat dari nikel ini lebih tahan lama dan hemat energi. Adapun fenomena-fenomena maupun tren yang membangkitkan industri nikel seiring berkembangnya teknologi yang membutuhkan batu baterai di Indonesia. Kajian ini akan membahas secara mendalam terkait eksistensi industri nikel di masa sekarang dan akan datang di Indonesia. Apa saja yang menjadi faktor pendorong demand nikel di Indonesia? Akankah kemajuan industri nikel berlangsung dalam jangka panjang atau pendek?
Potensi Industri Nikel di Indonesia
Indonesia adalah salah satu produsen nikel terbesar di dunia dengan sumber daya nikel yang melimpah. Nikel digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai produk, seperti baterai, stainless steel, dan lain-lain. Cadangan nikel Indonesia terletak di Sulawesi dan Halmahera, dengan tambang terbesar seperti PT Vale Indonesia dan PT Aneka Tambang. Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan yang signifikan di Sumatra, Jawa, dan Papua. Menurut data World Mineral Production, Indonesia memimpin sebagai produsen nikel terbesar di dunia dengan produksi sekitar 800.000 ton pada tahun 2020.
Menurut laporan US Geological Survey (USGS), Indonesia diperkirakan telah memproduksi 1,6 juta ton metrik nikel tahun lalu. Produksi nikel global diprediksi akan mencapai 3,3 juta ton pada tahun 2022. Karena itu, Indonesia menyumbang sekitar 48,48% dari produksi nikel global tahun lalu. Selain menjadi produsen nikel teratas, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 21 juta ton metrik, setara dengan Australia.
Kualitas nikel Indonesia juga terkenal baik karena kandungan nikel yang tinggi dalam bijihnya, sehingga menjadi sumber daya yang berharga bagi industri nikel global. Hal ini menjadikan industri nikel sebagai sektor strategis bagi ekonomi Indonesia.
Namun, seperti industri pertambangan lainnya, industri nikel juga memiliki dampak lingkungan dan sosial yang signifikan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Dengan cadangan nikel yang melimpah dan kualitasnya yang baik, Indonesia memiliki potensi besar untuk terus menjadi salah satu produsen nikel teratas di dunia dan menjadi pemain kunci dalam industri nikel global. Namun, sangat penting untuk memanfaatkan sumber daya alam secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Pendorong Demand Nikel Berdasarkan Tren Terkini
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sehingga menjadikannya salah satu produsen nikel teratas. Saat ini, negara sedang mempercepat upaya untuk memperkuat industri nikel dengan meningkatkan kemampuan pengolahan hilir domestiknya. Hal ini telah mengarah pada pembangunan beberapa pabrik peleburan di seluruh negeri dan sebagai hasilnya, permintaan bijih nikel diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Bahkan, pada tahun 2025, permintaan bijih nikel di Indonesia diperkirakan mencapai 400 juta ton, menurut Meidy Katrin Lengkey, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertambangan Nikel Indonesia (APNI), seperti yang dijelaskan dalam program Mining Zone CNBC Indonesia pada Jumat (13/1/2023). Pada tahun 2023 saja, Indonesia diperkirakan akan mengonsumsi sekitar 145 juta ton bijih nikel.
Permintaan nikel di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk situasi, fenomena, dan tren saat ini. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi permintaan nikel di Indonesia adalah pertumbuhan industri baterai, yang merupakan salah satu produk utama yang menggunakan nikel sebagai bahan baku. Pertumbuhan kendaraan listrik di seluruh dunia meningkat, dan sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk memenuhi permintaan bahan baku nikel untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik.
Indonesia mendapatkan $20,9 miliar dari ekspor bijih nikel yang telah diproses pada tahun 2021, peningkatan yang signifikan dari ekspornya pada tahun 2018-2019 yang hanya sebesar $3,3 miliar. Peningkatan pendapatan ekspor ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor bijih nikel sejak awal 2020. Oleh karena itu, produk nikel yang diizinkan diekspor harus melalui proses pengolahan dan pemurnian di dalam negeri terlebih dahulu.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2020, Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta metrik ton, yang merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia sebesar 139.419 juta metrik ton nikel. Data tersebut merupakan hasil dari pengolahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Gambar 1. Grafik Sebaran Cadangan Bijih Nikel Indonesia
Sumber: fgmi.iagi
Dalam hal bijih nikel, total sumber daya bijih nikel di Indonesia mencapai 8,26 miliar ton dengan kelas 1%-2,5%, di mana kelas di bawah 1,7% adalah 4,33 miliar ton sedangkan kelas di atas 1,7% adalah 3,93 miliar ton. Cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kelas 1%-2,5%, di mana cadangan untuk kelas di bawah 1,7% adalah 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kelas di atas 1,7% adalah 1,76 miliar ton. Cadangan bijih nikel di Indonesia diperkirakan akan bertahan selama 73 tahun, untuk bijih nikel limonit dengan kelas di bawah 1,5%. Asumsi durasi cadangan didasarkan pada jumlah cadangan bijih nikel limonit yang mencapai 1,7 miliar ton dan kebutuhan kapasitas pengolahan dalam negeri (pabrik peleburan) sebesar 24 juta ton per tahun.
Selain itu, permintaan nikel juga dipengaruhi oleh industri baja tahan karat, yang merupakan paduan yang terbuat dari besi, krom, dan nikel. Baja tahan karat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk industri otomotif, konstruksi, dan peralatan rumah tangga. Permintaan baja tahan karat di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan di sektor-sektor tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan industri otomotif, konstruksi, dan peralatan rumah tangga di Indonesia juga dapat mempengaruhi permintaan nikel di negara ini.
Menurut Deputi untuk Koordinasi Investasi dan Pertambangan di Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, pada tahun 2023, nilai tambah dari pengolahan hilir nikel domestik bisa meningkat menjadi $38 miliar atau Rp592,2 triliun (kurs Rp15.585 per dolar AS).
Namun, permintaan nikel juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial. Industri pertambangan sering dikritik karena dampak negatifnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Sebagai hasilnya, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Secara keseluruhan, sumber daya nikel yang melimpah dan berkualitas tinggi di Indonesia menjadikannya pemain kunci dalam industri nikel global.
Regulasi Pemerintah dalam Akselerasi Industri Nikel
Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah dan inisiatif untuk mendukung potensi kenaikan industri nikel di Indonesia. Salah satu kebijakan utama yang telah diambil adalah larangan ekspor bijih nikel sejak awal tahun 2020. Langkah ini diambil untuk mendorong pengembangan industri hilir nikel di dalam negeri dan meningkatkan nilai tambah dari produk nikel yang dihasilkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah meningkatkan kemampuan pengolahan hilir domestiknya dengan membangun beberapa pabrik peleburan di seluruh negeri. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan bijih nikel dalam beberapa tahun mendatang. Bahkan, pada tahun 2025, permintaan bijih nikel di Indonesia diperkirakan mencapai 400 juta ton, menurut Meidy Katrin Lengkey, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertambangan Nikel Indonesia (APNI), seperti yang dijelaskan dalam program Mining Zone CNBC Indonesia pada Jumat (13/1/2023).
Selain larangan ekspor bijih nikel, pemerintah Indonesia juga telah memberlakukan larangan ekspor bijih bauksit dan mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara dan membuka lapangan kerja. Melalui berbagai regulasi dan kebijakan ini, pemerintah Indonesia berupaya untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan dilakukan dengan cara yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Septian Hario Seto, pada tahun 2023, nilai tambah dari pengolahan hilir nikel domestik bisa meningkat menjadi US$38 miliar atau Rp592,2 triliun. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam mengembangkan industri nikel yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di pasar global.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga berupaya untuk mendorong investasi di sektor nikel. Dalam hal ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan investasi di sektor nikel sebesar US$10 miliar pada periode 2020-2024. Target ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengolahan hilir nikel di dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, pemerintah Indonesia tidak hanya fokus pada pengembangan industri nikel, tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan dan sosial yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan dilakukan dengan cara yang bertanggungjawab dan berkelanjutan. Beberapa peraturan dan kebijakan tersebut antara lain adalah Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keselamatan Kerja pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1823 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Teknis Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Air pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Secara keseluruhan, berbagai regulasi dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengembangkan industri nikel yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di pasar global. Dengan potensi cadangan nikel yang melimpah dan berkualitas tinggi di Indonesia, negara ini memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam industri nikel global.
The Rise of Electronic Vehicle
Tren kendaraan listrik yang semakin populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, telah mendorong permintaan akan baterai litium-ion, yang menggunakan nikel sebagai bahan baku utamanya. Baterai litium-ion adalah salah satu teknologi baterai yang paling efisien dan ramah lingkungan, dan saat ini digunakan oleh berbagai jenis perangkat elektronik, termasuk kendaraan listrik. Permintaan akan kendaraan listrik semakin meningkat di seluruh dunia karena kekhawatiran akan perubahan iklim dan peningkatan kesadaran akan dampak negatif dari bahan bakar fosil pada lingkungan. Peningkatan permintaan ini akan berdampak besar pada permintaan bahan baku nikel.
Sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan bahan baku nikel untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik. Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk memperkuat industri nikel di dalam negeri, termasuk dengan mendorong pengolahan hilir domestik dan membangun pabrik peleburan di seluruh negeri. Dalam beberapa tahun mendatang, permintaan bijih nikel di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, terutama di sektor industri baterai dan baja tahan karat.
Selain kendaraan listrik, permintaan akan baterai litium-ion juga meningkat di sektor energi terbarukan, seperti sistem penyimpanan energi untuk panel surya dan turbin angin. Peningkatan permintaan ini akan semakin menambah permintaan akan bahan baku nikel. Dalam hal ini, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemain kunci dalam industri baterai dan energi terbarukan di pasar global.
Oleh karena itu, industri baterai dapat menjadi faktor yang mempengaruhi permintaan nikel di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mempromosikan investasi dalam industri baterai dan energi terbarukan di dalam negeri, termasuk dengan memberikan insentif dan kemudahan investasi. Pada tahun 2021, pemerintah meluncurkan program “Making Indonesia 4.0” yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital dan pengembangan industri manufaktur di Indonesia, termasuk industri baterai dan energi terbarukan.
Namun, sementara permintaan bahan baku nikel terus meningkat, industri pertambangan sering dikritik karena dampak negatifnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Sebagai hasilnya, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Beberapa peraturan dan kebijakan tersebut antara lain adalah Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keselamatan Kerja pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1823 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Teknis Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Air pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Secara keseluruhan, berbagai regulasi dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengembangkan industri nikel yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di pasar global. Dengan potensi cadangan nikel yang melimpah dan berkualitas tinggi di Indonesia, negara ini memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam industri nikel global dan memenuhi permintaan bahan baku nikel yang semakin meningkat di pasar global.
Perusahaan Nikel dalam Sektor Pertambangan Bursa Efek Indonesia
Salah satu perusahaan yang baru-baru ini melantai di Bursa Efek Indonesia adalah PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), yang bergerak di bidang pertambangan nikel dan produksi bahan baku baterai. Perusahaan ini telah menargetkan untuk menjadi salah satu pemain global terbesar dalam rantai nilai bahan baku strategis dan rantai nilai kendaraan bermotor listrik ke depannya. Kehadiran perusahaan seperti MBMA menunjukkan bahwa sektor pertambangan di Indonesia masih memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang di masa depan.
Selain MBMA, terdapat beberapa perusahaan tambang besar lainnya di Indonesia yang juga mengalami perkembangan positif. Sebagai contoh, PT Freeport Indonesia, perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di Indonesia, melaporkan pendapatan bersih sebesar US$ 3,3 miliar pada tahun 2022, menunjukkan kinerja yang baik. Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga melaporkan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,3% dari tahun sebelumnya, mencapai angka Rp 3,82 triliun pada tahun 2022. Kinerja positif dari perusahaan-perusahaan tambang besar di Indonesia menunjukkan bahwa sektor pertambangan masih memiliki potensi besar untuk tumbuh di masa depan.
Pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan berbagai kebijakan yang mendukung perkembangan sektor pertambangan di Indonesia. Misalnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menjalankan program revitalisasi industri pertambangan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tambang di Indonesia. Program ini telah memberikan dampak positif pada sektor pertambangan Indonesia, dengan meningkatkan kinerja perusahaan-perusahaan tambang dan menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor ini.
Namun, sektor pertambangan di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah regulasi yang kompleks dan sering berubah-ubah, yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tambang. Selain itu, sektor pertambangan di Indonesia juga rentan terhadap fluktuasi harga komoditas di pasar global, seperti harga nikel dan emas yang dapat berdampak pada kinerja perusahaan tambang di Indonesia.
Dalam hal ini, perusahaan tambang di Indonesia perlu terus beradaptasi dan mencari strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Selain itu, pemerintah juga perlu terus memperbaiki regulasi dan menciptakan lingkungan investasi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhan sektor pertambangan di Indonesia.
Secara keseluruhan, meskipun sektor pertambangan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, sektor ini masih memiliki potensi besar untuk tumbuh di masa depan. Kehadiran perusahaan seperti MBMA dan kinerja positif perusahaan-perusahaan tambang besar lainnya menunjukkan bahwa sektor pertambangan di Indonesia masih menjanjikan dan dapat menjadi salah satu sektor yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Studi Kasus PT Merdeka Battery Minerals Tbk (MBMA)
PT Merdeka Battery Materials Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan nikel dan produksi bahan baku baterai. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2019 ini merupakan anak usaha dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Meski memiliki riwayat operasi yang masih tergolong sedikit, Grup MBM mampu memanfaatkan potensi yang mereka miliki dengan baik. Hal tersebut terlihat dari laba usaha yang meningkat secara konsisten setiap tahunnya, pertumbuhan nilai aset yang baik dari tahun ke tahun hingga rasio utang yang masih tergolong rendah. Tidak hanya itu, Grup Merdeka Battery Materials (MBM) juga memiliki berbagai aset signifikan di Sulawesi Tengah dan Tenggara dan telah menargetkan untuk menjadi salah satu pemain global terbesar dalam rantai nilai bahan baku strategis dan rantai nilai kendaraan bermotor listrik ke depannya.
Setelah melantai di Bursa Efek Indonesia pada 18 April 2023, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) berhasil meraup dana sebesar Rp. 9,2 T dari hasil penjualan saham IPO mereka. Sebanyak 11,55 miliar lembar saham dijual kepada publik melalui kegiatan IPO tersebut dengan harga pelaksanaan sebesar Rp.795. Pada hari pertama perdagangan, MBMA terpantau mengalami penguatan sebesar 11,3%, ditutup pada harga Rp.885 per saham. Meski total keseluruhan saham berhasil terjual dan sempat mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan pada hari pertama perdagangan, saham MBMA secara berangsur-angsur terkoreksi hingga menyentuh harga Rp.765 per lembar saham pada penutupan perdagangan 19 Mei 2023. Penurunan harga saham MBMA diprediksi sebagai dampak dari merosotnya harga nikel sehingga memicu munculnya sentimen negatif terhadap emiten produsen bahan baku nikel. Selain itu, aksi profit taking yang dilakukan oleh para investor hingga saat ini juga menjadi salah satu sebab penurunan harga saham MBMA.
Jika dilihat dari sisi fundamental, emiten MBMA dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik. Selain itu, tindakan penetrasi kendaraan bermotor listrik yang saat ini sedang dijalankan oleh pemerintah, didukung dengan adanya berbagai insetif tinggi yang dapat mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan kendaraan listrik dapat menjadi katalis positif bagi MBMA untuk dapat berkembang dan tumbuh lebih jauh. Di sisi lain, berbagai proyek seperti HPAL (High Pressure Acid Leach), kerjasama dan upaya ekspansi yang saat ini sedang dilakukan oleh MBMA memberi sinyal kuat yang menandakan bahwa perusahaan ini sedang mencoba mengejar pertumbuhan besar-besaran. Selain itu, nama-nama besar seperti Tsinghan Group, CATL Group dan LG Energy Solution yang merupakan mitra bisnis MBMA dapat membuka peluang besar bagi emiten ini untuk menjadi leading company di bidang industri pertambangan nikel dan produksi bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.
Kesimpulan
Industri Nikel di Indonesia mempunyai mempunyai potensi inisial dengan adanya sumber daya nikel yang melimpah, yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tambang besar yang dapat memproduksi nikel berkualitas. Terdapati 72 juta metrik ton cadangan nikel di Indonesia yang menjadikan nikel sebagai komoditi ekspor dengan pertumbuhan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Adanya faktor pendorong seperti trending-nya produksi mobil listrik (EV), alokasi energi dari bahan bakar fosil, industri baja tahan karat, serta sektor energi terbarukan dapat mempengaruhi permintaan terhadap nikel sebagai bahan baku batu baterai secara signifikan di Indonesia. MBMA merupakan perusahaan yang hadir di pasar modal baru-baru ini (IPO) dengan performa yang positif, didorong oleh faktor-faktor yang disebutkan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memiliki peran dalam menciptakan aturan yang kuat untuk meningkatkan produksi tambang di Indonesia dengan baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini bertujuan untuk menarik minat investor agar mau berinvestasi di sektor tambang ini.
Referensi
Herlambang, G. (2018, February 28). Pengertian Saham Turnaround. Id.Investing.Com. https://id.investing.com/analysis/pengertian-saham-turnaround-200199914
Nikel.co.id. (2023, Januari 6). Mengintip Peluang dan Tantangan Pertambangan dan Industri Nikel di 2023. https://nikel.co.id/mengintip-peluang-dan-tantangan-pertambangan-dan-industri-nikel-di-2023/
Shidiq. (12 Mei 2023). Nikel.co.id. Market Pengusaha Tambang Hulu Nikel Adalah Industri Baterai dan Kendaraan Listrik. https://nikel.co.id/market-pengusaha-tambang-hulu-nikel-adalah-industri-baterai-dan-kendaraan-listrik/
CS. Purwowidhu. (2023, May 02). Prospek Cerah Perekonomian Indonesia 2023 [Bright Prospects for Indonesia’s Economy 2023]. Media Keuangan. https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/prospek-cerah-perekonomian-indonesia-2023
Mahatma Chryshna. (2023, March 31). Industri Nikel Indonesia: Sejarah, Produksi, Kebijakan, dan Tantangan [Indonesia’s Nickel Industry: History, Production, Policies, and Challenges]. KompasPedia. https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/industri-nikel-indonesia-sejarah-produksi-kebijakan-dan-tantangan
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2014, Agustus 13). Pemerintah akan Stop Ekspor Bahan Mentah Tambang Secara Bertahap. https://www.kominfo.go.id/content/detail/39029/pemerintah-akan-stop-ekspor-bahan-mentah-tambang-secara-bertahap/0/berita
Aditya Rizky Wibowo dan Bagaskara Wahyu P. (2021, Agustus). Nikel: Kegunaan dan Potensi Nya di Bumi Pertiwi [Nickel: Its Uses and Potential in the Earth of Archipelago]. Forum Geosains Indonesia. https://fgmi.iagi.or.id/berita/berita-dunia-geosaintis/nikel-kegunaan-dan-potensi-nya-di-bumi-pertiwi/
Written by:
Research and Development Division
Daffa Dzakwan Jamal
daffa.dazkwan@ui.ac.id
Muhammad Faris Syahputra
muhammad.faris21@ui.ac.id
Syarif Hidayatullah
syarif.hidayatullah22@ui.ac.id
Published by:
Operation and Infrastructure Division
Adhimas Arbita Naufal
adhimas.arbita@ui.ac.id